Gubuk Petaka

in story •  7 years ago  (edited)

10 tahun yang lalu tepatnya pada tahun 2007 adalah masa yang tidak terlupakan buatku. Seperti biasanya setelah selesai makan malam bersama keluargaku, secara diam-diam bak maling sedang beraksi aku langsung keluar rumah mengambil sepeda bmx ku yang biasanya aku parkirkan disamping rumah di bawah pohon belimbing, karena masa itu bmx salah satu andalan sepeda untuk kaum muda, aku salah satu diantara banyaknya anak muda yang memiliki sepeda bmx waktu itu.

Pelan-pelan aku mendorong sepeda kecilku agar orang tuaku tidak mendengar, bahkan melihat aku yang berusaha kabur dari keramaian keluargaku, yang seperti biasanya setelah jam makan malam kami mengulang kembali semua pelajaran yang siangnya kami pelajari di sekolah.

IMG-20170908-WA0033-01.jpeg

Sebuah gubuk kecil yang letaknya di pinggiran sawah jauh dari pemukiman warga menjadi pilihan ku malam itu, gubuk kecik itu adalah tempat biasanya aku bersama kawan-kawanku duduk nongkrong siang malam menghabiskan waktu sambil bersembunyi dari keluarga kami masing-masing.

Bagiku bermain bersama teman-teman adalah sebuah pilihan paling tepat, dari pada duduk bersama keluarga yang biasanya mereka lebih serius.

Malam itu pukul 08.00 WIB, setibanya aku digubuk yang dituju, seperti biasanya aku sudah ditunggu oleh beberapa teman-temanku, yang sama halnya dengan ku yang lebih memilih bermain bersama-sama, dari pada berkumpul dengan keluarga sendiri dan belajar.

"Apa rencana kita malam ini?", Tanya salah seorang teman.
"Bagaimana kalau kita coba yang satu ini?" Dia kembali bertanya sembari menyodorkan sesuatu dalam bungkusan kecil.
"Apa itu?" Tanyaku spontan dan sedikit penasaran.
"Lihat saja nanti!" Jawabnya sambil tersenyum kecil menyeret bibir menuju pipi.

Aku pun semakin penasaran sambil menjulurkan tangan mengambil bungkusan kertas kecil itu di tangannya. Tidak menunggu lama lagi, aku pun membukanya, aku benar-benar terkejut dan merasakan kepanikan yang luar biasa, saat melihat isi dalam bungkusan kecil itu. Spontan saja tanpa sengaja aku melempar bungkusan itu kembali ke arahnya sambil berkata “Nyan yang han uloen (itu yang paling aku tidak mau)".

_20170908_151148-01.jpeg

"Kenapa?", Tanya dia kembali sambil memegang bahu ku.
"Aku takut akan ayah, ibu dan abang-abangku, mereka akan mengusirku dari rumah kalau mereka tau aku menggunakan barang haram (ganja) itu" jawabku.
"Tidak apa-apa, tidak akan ada yang tau disini, cuma ada kita disini, lagian kamu akan tau sendiri bagaimana nikmatnya ketika mabuk nanti", bujuknya kembali seakan ia benar-benar ingin agar aku menggunakan barang haram itu.

Aku benar-benar dibuat bingung dengan rayuannya, rasa takut dan penasaran mencoba mulai bercampur mendengar bisikannya. Jangan takut, ini cuma sebentar, dan setelah itu kamu akan lansung menikmati keindahan dibawa alam baru, bisiknya lagi.

Kali ini aku mengiyakan kata-katanya, baiklah berikan aku satu batang, aku akan mencoba, jawabku. Ia pun tersenyum dan lansung memplintir aku sebatang barang haram itu dengan campuran tembakau biasa.

DQmRFdErT6WQSeV7TD8cz1sRBD8CTHh9r1F6n4VbmjA7r1e_1680x8400-01.jpeg

"Gimana caranya ini?" tanyaku yang benar-benar belum tau sama sekali cara menggunakannya.
"Bakar dan hisap aja seperti rokok biasa", jawabnya, sembari mengambil kembali balutan ganja tersebut dari mulut ku, ia lansung membakar dan menghisapnya dengan maksud mengajarkanku bagaimana cara menggunakan yang benar.

"Nah.... ambil kembali, hisaplah kuat-kuat dan jangan lepaskan asapnya", katanya sambil menyodorkan kembali ganja yang tinggal untuk ku hisap.
Pelan-pelan aku mencoba mengikuti gerakan seperti yang dia ajarkan, “baik sekali kawan ku ini, setelah diberikan secara cuma-cuma, mau diajarkan pula cara pakainya” gumamku dalam hati.

Tidak berselang 5 menit aku mulai pusing, aku menatapnya, lanjutkan saja, dia lansung memberikan ku arahan seakan dia tau apa yang aku rasakan.

DQmWfjiP28VfS2qNKTcgzVUjd2ZYeurt6dDvHosHr1NrrUy_1680x8400-01.jpeg

Dua menit kemudian aku kembali memanggil kawan ku yang duduk persis didepan ku dengan nada sedikit besar karena seakan ia terlihat sedikit lebih jauh.
“Nyoe ka ken nyoe, ka mulai hana deuh sapu nyoe, punyung-punyung sang ka hana deuh ku deunge sapu le (ini sudah tidak baik rasanya, mata ku mulai rabun, telinga pun seperti mulai tidak bisa mendengar)", bentak ku.

“Kacok kuh (tolong saya)” aku kembali memanggil meminta agar ia memegang ku yang mulai tidak sadarkan diri. Kali ini aku benar-benar mulai tidak sadarkan diri.
"Air.. Air... Air..." Pinta ku pada teman-teman, karena aku tidak bisa melihat apa-apa lagi.
"Ini airnya", jawab teman ku sambil menyodorkan sebotol air mineral, yang seakan dia biasa-biasa saja melihat keadaan ku.

“Kiban le nyoe, that gura perasaan lon, kiban cara nyoe?” (bagaimana ini, ini sungguh tidak enak perasaan ku, bagaimana cara biar normal kembali?), ho kujak lon? (kemana aku harus pergi) tanyaku yang mulai menjatuhkan badan berbaring di sudut gubuk.

Beginikah yang namanya nikmat dibawa hayal seperti kata kawan ku tadi? Pikir ku dalam hati yang setengah normal bercampur pikiran dengan perasaan yang benar-benar tidak menyenangkan ini, akhirnya aku tidak sadarkan diri.

Bersambung...


Entah apa yang terjadi setelah itu, nantikan di postingan saya berikutnya.


Thanks For Visiting My Blog
I Hope You Like It
@subkiusman
Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

This post has received a 0.91 % upvote from @booster thanks to: @subkiusman.