Turn On Turn Off | Meet Somebody

in story •  7 years ago 

Aku menyukai Cappucinno karena aku berharap suatu hari nanti aku bisa seperti cappucinno. Penuh kelembutan...jpg

Di tengah kerepotan Samara mengunci pintu kosan, ponsel yang berada di dalam ranselnya berdering. Samara berdecak seraya menuntaskan pekerjaannya lantas mengambil ponsel. Begitu melihat siapa yang meneleponnya, terlihat wajahnya begitu antusias.

“Assalamualaikum Mbak Tia,” sapanya. “Oh, ya?”

Lama Samara terdiam mendengarkan. Ekspresinya belum jgua berubah sebab kabar yang diberitakan Tia adalah kabar yang sangat baik. Jika bukan, Tia tidak pernah repot-repot meneleponnya.

“Oh, pasti Mbak. Paling lambat aku kirim malam ya sinopsis lengkapnya,” kata Samara yang semangatnya terpompa tinggi.

Ia terus mendiskusikan kepentingan side job-nya dengan Tia sembari berjalan. Ketika gadis berbaju biru muda itu sampai di ujung gang, dilihatnya mobil Rakha sudah menunggunya. Masih tetap mengobrol dengan ponsel, Samara masuk ke mobil dan menyapa Rakha dengan lambaian tangan kanannya.

Rakha mengusap puncak kepala gadisnya itu sebelum akhirnya menjalankan mobilnya penuh kehati-hatian.

“Kayaknya ada yang mau traktir makan siang nih!” ujar Rakha seusainya Samara menelepon.

Samara mengerti maksud kalimat Rakha barusan. Alih-alih tersenyum seraya menyanggupi, Samara malah memasang muka ‘pura-pura bego’, “emangnya udah check your account?”

Rakha tertawa, “Masih tanggal muda udah ngomongin gajian aja? Ck! Jadi mau makan siang atau makan malam, nih? Aku nggak akan nolak kalau kamu maksa.”

Samara terbelalak lebar dan Rakha buru-buru menanyakan berita baik itu yang sebenarnya.

“Ide cerita aku baru di acc, makanya aku seneng banget,” tutur Samara dengan senyumnya yang merekah.

“Cerita novel lagi?”

Samara menggeleng. “Kali ini film. Prosesnya masih panjang, tapi aku seneng banget. Bentar lagi aku punya film!”

“Wuaaa… hebat! Kalau butuh pemeran utama, hubungi aku ya? Aku kan enggak kalah keren dari Vino,” katanya dengan tawa lebar.

“Karakter utamanya anak SMA. Kamu mah ketuaan!” Samara menjulurkan lidah, mencibir tingkah terlalu percaya diri Rakha.

Rakha mendengus kesal ketika diungkit-ungkit perihal umur oleh kekasihnya itu. “Memang aku tua. Puas kamu, puas?"
Samara menutup mulutnya yang tertawa lebar. Melihat ekspresi sensi Rakha membuatnya ingin mencubit. “Kamu kalau ngambek gitu keliatan imut!” katanya seraya mengecup pipi Rakha lembut.

“Kalau gitu aku mau ngambek aja terus,” tuturnya dengan bibir manyun. Sejurus kemudian wajah ngambeknya berubah jadi nakal. “biar dicium terus.”

“Huuuu…!”

Jalanan yang macet pagi ini banyak dihabiskan sepasang kekasih itu dengan banyak mengobrol. Membicarakan film dan novel yang sedang tren. Rakha tidak begitu maniak dengan kedua jenis hal itu, tetapi ia selalu suka jika membahasnya dengan Samara. Kekasihnya itu lebih banyak bicara jika membicarakan apapun yang berhubungan dengan kedua hal tersebut.
**

Baru saja memarkirkan mobil dengan benar, Rakha merasa kakinya menginjak sesuatu. Ketika dilihat, ia menemukan tanda pengenal pekerja kantor lain. Pemiliknya seorang gadis bernama Bunga Lestari. Rakha melihat ke sekeliling, barangkali si empunya masih di sekitar. Tetapi tidak ada siapa-siapa di sana, Rakha merasa harus mengembalikan tanda pengenal itu sendiri. Kebetulan kantornya berada di lantai yang sama.

Sesampainya di kantor perusahaan yang bergerak di bidang periklanan tersebut, Rakha memberikan penemuannya pada satpam yang berjaga di kantor tersebut.

“Cantik, Pak!” kata Rakha pada satpam. “Titip salam, ya.”
Setelahnya Rakha kembali ke kantornya, menemui Samara yang terlihat membuat cappucinno di pantry. Belum banyak karyawan yang datang sehingga Rakha merasa saat itu adalah kesempatan untuk bermain-main dengan Samara.

“Morning gorgeous!” Rakha memeluk Samara dari belakang. “Kopi buat aku ya?”

“Memangnya kamu suka cappucinno? Dari kapan?” tanya Samara tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari gelasnya.

“Sejak aku jatuh cinta pada gadis beraroma cappucinno!”

“Hah?” Samara refleks berbalik, menatap Rakha dengan tatapan tidak nyaman. “Jadi aku bau kopi?”

Rakha tertawa kecil. Samara terlihat menciumi lengan dan pakaiannya bergantian.

“Katanya penulis yang filosopis, tapi dengar kalimat begitu aja udah baper.”

Samara manyun, Rakha semakin gemas. Kedua tangan Rakha refleks mencubit pipi tembam Samara dan membuat gadis itu semakin kesal.

“Kali aja kamu kasih kode kalau aku bau!”

“Anak pramuka kali pake kode-kodean,” katanya sembari mengecup pipi Samara.

“Ish! Ini tuh di kantor,” Samara mengusap bekas ciuman Rakha di pipinya. “Kalau ada yang lihat gimana?”

“Ini tuh balasan buat yang di mobil tadi,” Rakha mengambil cappucinno Samara dan menyeruputnya tanpa izin.

“Kamu tahu nggak kenapa aku suka cappucinno?”

“Manis, kayak kamu!”

Alih-alih tersanjung Samara malah berdecak. “Jangan ngegombal dulu. Lagi serius ini!”

Rakha mengubah ekspresi wajahnya menjadi seserius mungkin, nyaris sama dengan ekspresinya ketika menghadap Rashid di ruangannya.

“Cappucinno itu lambang kelembutan,”

Rakha serasa terlempar ke beberapa waktu lalu, saat ia memerhatikan bagaimana Samara menjelaskan filosopi cappucinno pada Samuel.

“Sementara aku orang yang sebaliknya. Aku menyukai Cappucinno karena aku berharap suatu hari nanti aku bisa seperti cappucinno. Penuh kelembutan.”

Rakha mengerutkan kening.

Samara tersenyum lebar, “malam ini temenin aku lembur ya?” lantas mengalihkan pembicaraan. Ia merasa tidak punya kata-kata yang lebih panjang lagi untuk menjelaskan makna ‘kebalikan dari cappucinno’ itu kepada Rakha.
Rakha penasaran sekali tetapi ia tidak ingin memaksa Samara untuk menceritakan lebih detail mengapa? Ia mengambil tangan kanan Samara dan mengusapnya, “okay!”

CTEK!

Samara refleks menarik tangannya ketika mendengar seseorang masuk ke pantry. Keduanya salah tingkah, bak maling yang baru ketangkap basah.

“Eeh Pak Rakha… Samara… Lagi ngapain?” pertanyaan Samuel itu bernada sindiran sebenarnya.

“Bikin kopi,” Rakha langsung mengambil gelas dan mengisinya dengan air panas.

“Gue duluan ya, Mul!” Samara lantas pergi dengan cappucinno-nya.

“Kopinya mana, Pak?”

Rakha menggaruk kepalanya yang tak gatal, “ah! Ketinggalan di ruangan.” Rakha pun buru-buru keluar pantry.

Yang tersisa hanya Samuel yang melihat kepergian keduanya dengan tatapan jenaka. “Masih kaku aja…!”
**

gh.jpg

(Bersambung)

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

a very meaningful post and can be in conclusion behind all that thank you

Thank you udah mampir...

Cerita ini juga manis, kayak kamu😝

Auw kena gombal!

Ceritanya Menarik, saya suka dengan Samaranya.

Terima kasih udah mampir. Moga ga bosen ya ama kisah mereka.

Lanjut terus cerita nya ya kakak cantik! Jangan malas nulis.

Sesekali putri duyung kritik dong.

Kamu mah gak perlu diragukan lagi nulis. Mau kritik plot ny, gak bisa kalo belum ending wkwkk

Iya juga sih.

Gue tuh selalu nunggu.. Kali ini foto cuplikan dari drama korea yang mana lagi nih..

Gemes liat oppa2 yg di pajang di sini 😍😍

Cuplikan drama revolutionary Love-nya Siwon Mbak. Lucu beud siwonie di sonon.

Ada ahjussi nya yaaa,,, :D

Masih Oppa-oppa kok mas. ehehe

True.. jangan teman jauh jadi dekat dan sebaliknya