Pada suatu masa di sebuah kota kecil di Persia, hiduplah seorang sufi terkenal bernama Sheikh Jalal. Ia dikenal tidak hanya karena kebijaksanaannya, tetapi juga karena kesederhanaannya. Sheikh Jalal sering kali terlihat berkeliling kota dengan pakaian sederhana, berjalan tanpa alas kaki, dan membawa tongkat kayu. Penduduk kota sangat menghormatinya dan sering kali datang kepadanya untuk mencari nasihat.
Suatu hari, ketika Sheikh Jalal sedang berjalan di tepi kota, ia menemukan seekor anjing liar yang terluka. Anjing itu terlihat lemah dan kelaparan. Sheikh Jalal, yang terkenal dengan kasih sayangnya terhadap semua makhluk, merasa iba. Tanpa ragu, ia mendekati anjing itu dan mengelus kepalanya dengan lembut. Anjing itu awalnya tampak ketakutan, tetapi seiring dengan kelembutan Sheikh Jalal, ia mulai merasa tenang.
Sheikh Jalal kemudian membawa anjing itu ke rumahnya. Ia membersihkan luka-luka anjing itu, memberinya makan, dan merawatnya dengan penuh kasih. Anjing itu, yang diberi nama Barak, mulai pulih. Setiap hari, Sheikh Jalal memberinya perhatian dan cinta. Perlahan-lahan, Barak mulai merasa nyaman dan setia kepada sang sufi.
Kabar tentang tindakan belas kasih Sheikh Jalal terhadap anjing itu segera menyebar di kota. Beberapa orang mulai mencemooh Sheikh Jalal, menganggapnya aneh karena merawat seekor anjing, yang dalam budaya mereka sering kali dianggap hewan najis. Namun, Sheikh Jalal tetap tenang dan tidak terganggu oleh komentar negatif tersebut. Ia percaya bahwa setiap makhluk adalah ciptaan Tuhan dan layak mendapatkan kasih sayang.
Suatu hari, seorang pemuda datang menemui Sheikh Jalal dengan wajah yang penuh kebingungan. Ia berkata, "Sheikh, mengapa Anda merawat anjing itu? Bukankah ada banyak orang yang membutuhkan bantuan? Mengapa Anda membuang waktu dan tenaga Anda untuk seekor anjing?"
Sheikh Jalal tersenyum dan menjawab, "Anakku, kasih sayang tidak mengenal batas. Tuhan menciptakan semua makhluk dengan kasih-Nya. Jika kita hanya memilih untuk mencintai dan merawat manusia, maka kita membatasi kasih kita sendiri. Anjing ini, seperti kita, juga merasakan sakit, kelaparan, dan kesepian. Dengan merawatnya, aku hanya mencoba menjalankan ajaran kasih sayang yang diajarkan oleh Tuhan."
Pemuda itu terdiam mendengar jawaban Sheikh Jalal. Ia merasa malu atas pertanyaannya dan mulai memahami kedalaman kasih sayang Sheikh Jalal.
Waktu berlalu, dan Barak tetap tinggal bersama Sheikh Jalal. Anjing itu menjadi teman setia yang selalu menemani sang sufi ke mana pun ia pergi. Suatu malam, Sheikh Jalal merasa ajalnya sudah dekat. Ia memanggil murid-muridnya dan berkata, "Ketika aku pergi, rawatlah Barak seperti kalian merawatku. Ia adalah anugerah Tuhan yang mengajarkan kita tentang kasih yang tidak bersyarat."
Setelah kepergian Sheikh Jalal, murid-muridnya merawat Barak dengan penuh kasih. Anjing itu menjadi simbol kasih sayang dan pengabdian yang ditinggalkan oleh sang sufi. Kisah Sheikh Jalal dan anjingnya, Barak, menjadi legenda yang mengajarkan tentang cinta yang melampaui batas, belas kasih, dan penghargaan terhadap semua ciptaan Tuhan.
Kisah ini tidak hanya dikenang oleh penduduk kota, tetapi juga menyebar ke seluruh negeri, menginspirasi banyak orang untuk hidup dengan penuh kasih sayang dan belas kasih, tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga kepada semua makhluk Tuhan.