Harimau Sumatera Melawan Punah

in sumatran •  7 years ago  (edited)

Harimau dan manusia telah hidup berdampingan di Sumatera. Manusia bersaing dengan harimau untuk memperoleh makanan, terkadang harimau membunuh manusia dan sebaliknya manusia dengan akal pikiran dan taktik serta alat modern mampu membunuh harimau, selalu terjadi ketegangan antara manusia dan harimau tentang siapa yang seharusnya menguasai hutan di Sumatera.
Menurut WWF – Indonesia (Sumatran Tiger Conservation 2010) perkiraan populasi harimau di Sumatera berjumlah 400 individu tersebar di beberapa kantung Habitat, nyatanya habitat alami Harimau telah terdegradasi, saat ini harimau masih terus berjuang secara alami untuk dapat bertahan hidup,, habitat terdesak kanan kiri, diburu siang dan malam oleh manusia, ini salah satu kesialan harimau Sumatera.
Beruntung harimau tercipta sangat kuat, daya jelajahnya bisa sampai puluhan kilometer, harimau Sumatera bisa melintas segala medan dari gunung, Sungai, rawa dan hutan rimba, harimau memiliki mata yang dilengkapi dengan retina mengandung unsur infra merah yang mampu mengusai malam dan memangsa di kegelapan hutan, kemampuan berlarinya memiliki kecepatan untuk menangkap mangsa, Kemampuan memakan mangsanya mengandalkan taktik perburuan individual, bersembunyi, mengejar dan menyerang secara tiba-tiba lalu membunuh mangsanya, suaranya adalah intimidasi dan teror bagi mangsa bahkan untuk manusia,Menurut Ahli Harimau Sumatera Sunarto dalam jurnal ilmiah (Tigers Need Cover 2012), harimau Sumatera cenderung menghindari perkebunan dan lebih memilih hutan. Habitat hutan tropis Sumatera adalah rumah yang menyediakan makanan, Kondisi yang disukai harimau, selain ketersediaan mangsa yang cukup, adalah, jarak yang tidak terlalu jauh dari titik pusat blok hutan berukuran besar (>50,000 ha). tutupan tumbuhan bawah yang rapat, serta tingkat aktivitas manusia yang minimal.
1 (1).JPG
Hidup dihabitat baru seperti di kebun sawit, karet dan hutan tanaman industri, ini terjadi di Sumatera Bagian Tengah di Provisinsi Riau dan Jambi, harimau harus beradaptasi dengan lingkungannya, nasib sial paling ditembaki oleh pengawas perkebunan dan petugas hutan dan terkena jerat pemburu,
Habitat baru harimau juga kemungkinan akan dikuti oleh satwa mangsa untuk berdapatasi dengan lingkungan baru agar tetap bertahan hidup, disini pula akan ada makanan bagi harimau seperti babi hutan, rusa, atau pun landak, teritoroial pun harus diperkecil sesuai dengan daya dukung perkebunan,Tanda alami terotorial seperti air kencing, bulu, cakaran kuku di pohon, ini semua akan di bagi rata dengan harimau lainnya, harimau harus “Sharing territorial”
Habituasi dan Adaptasi
Sebagai contoh di Provinsi Riau yang kawasan hutan alam nya telah terdegradasi dikonversi menjadi perkebunan dan habitat harimau berubah,, Sejalan dengan itu telah banyak aktivitas manusia dihabitat harimau seperti aktivitas Perkebunan,Hutan tanaman Industri dan transmigrasi dan serta hadirnya rombongan pencari getah gaharu yang hilir mudik di kawasan ini.
Harimau Sumatera dalam 20 tahun terakhir kemungkinan besar paham terhadap kehadiran manusia di sekitar hutan yang disebutkan di atas, secara alami mereka mempelajari pola harian manusia, analisa sederhananya adalah anak harimau telah diajarkan oleh induknya dalam menghadapai manusia dan dari proses habituasi (kebiasaan) ini, harimau telah mengenal baik kehadiran manusia di habitatnya, secara naluri tinggal mau diapakan manusia tersebut,
Pembelajaran oleh induk adalah kunci dari bertahannya harimau di alam liar sumatera, induk induk akan membiasakan dengan pola habitat ini, ini adalah salah satu suksesnya harimau bertahan di segela kondisi habitat,
Begitu pula pemahaman manusia di sekitar habitat terhadap harimau, terkadang harimau sering dijumpai, dengan temuan langsung seperti saling berpapasan sekilas, temuan tapak dan cakar, ini sangat sering dijumpai bahkan jadi pembicaraan tempat temuan tersebut dan putusan akhir kembali ke masyarakat sekitar, mau di apakan diapakan harimau tersebut ? dibunuh atau ditangkap.
Interaksi pertemuan dua mahluk hidup ini memilki hubungan ini sangat komplek dan unik, tingkat kejadian perselisihan seberapa sering sehingga konflik dapat diperkecil, mungkin ini salah satu penyebab kenapa harimau sekarang lebih berani menyerang dan masuk ke areal manusia, faktor habituasi dengan manusia dan harimau dapat dijadikan standar pengelolaan konservasi harimau, baik di perkebunan dan sekitar pemukiman, secara umum dapat disimpulkan bahwa harimau lebih mengusai habitatnya dan namun pada akhirnya pihak yang kalah tetap harimaunya.
Menurut Peneliti harimau Sumatera Sunarto (Tiger Need Cover, 2012), Dalam kondisi tertentu harimau dapat menggunakan kawasan hutan tanaman akasia, perkebunan sawit, dan perkebunan karet sebagai wilayah jelajahnya. untuk kelestariannya harimau memerlukan terjaganya keutuhan hutan yang cukup luas. Dalam kondisi yang telah terfragmentasi, habitat dan populasi harimau mungkin dapat dipulihkan dengan membangun keterhubungan antar blok hutan yang terpisah-pisah.
Dengan pengelolaan khusus, sebagian kawasan hutan tanaman dan perkebunan bisa dioptimalkan sebagai habitat tambahan, jalur lintasan, maupun ‘batu loncatan’ bagi harimau sehingga meraka dapat bergerak dari satu blok hutan ke blok hutan lain. misalnya untuk mengunjungi kerabatnya dan saling memperkaya keragaman genetika.
Bekerja untuk konservasi harimau, pasti tahu persis bahwa harimau Sumatera tidak mungkin dapat mengisolir dan melindungi harimau dari pengaruh manusia, saat ini telah banyak usaha yang menyatakan bahwa penyelamatan harimau hanya bisa dicapai melalui beberapa kerjasama, baik itu pada kebijakan, penegakan hukum dan kemauan politik dsb, itu semua semua sangat tergantung pada masyarakat yang tinggal dekat dengan harimau, merekalah yang beresiko tinggi dan harus diyakinkan bahwa usaha penyelamatan harimau merupakan hal yang penting. Kalau tidak, harimau tidak akan dapat bertahan hidup.
Apapun teorinya, untuk menjamin masa depan harimau didaratan Sumatera, usaha konservasi harimau harus bisa diterapkan dan diterima oleh masyarakat dan relevan kontekstual, ini memang pragmatis, menjadi pertanyaan besar bagi kita semua, bagaimana mana mau menyelamatkan harimau jika masyarakat disekitar kawasan miskin dan merambah hutan.
Perlu pemberdayaan bagi masyarakat sekitar dalam peningkatan ekonomi sehingga masyarakat tak terkonsentrasi ke ektraksi hutan, program konservasi harimau harus dipadu dengan pembedaryaan ekonomi masyarakat sekitar kawasan, masyarakat sekitar kawasan menjadi tameng pertama dalam perlindungan harimau, jadikan masyarakat sekitar kawasan sebagai mitra strategis konservasi harimau, masyarakat sekitar bukan jadi korban konflik harimau, ini diharapkan hal ini dapat menghambat laju pembunuhan harimau
Walau sebenarnya dengan menyelamatkan harimau maka kita telah menyelamatkan ekosistem Sumatera yang kompleks dan begitu pula harimau, mereka akan terus bertahan ditengah dominasi manusia, bertahan hidup dengan segala tipe habitat adalah natural, setidaknya tidak mudah untuk membunuh seekor harimau, dibutuhkan 4 orang atau puluhan orang bahkan sekampung untuk membunuhnya dan harimau akan selalu melawan, pada dasarnya harimau menolak untuk punah.
2.JPG

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
http://greenjournalist.net/flora-fauna/harimau-sumatera-melawan-punah-bagian-terakhir/