Dalam lintasan sejarah, Pulau Weh merupakan salah satu titik strategis di Selat Malaka. Posisinya yang tepat berada di persimpangan antara Samudera Hindia dan Selat Malaka menjadikannya titik persinggahan yang ideal bagi lalu lintas pertukaran komoditas dari Eropa, India dan Timur Tengah dengan Asia Timur.
Karenanya, jauh sebelum Temasek (Singapura) dan Batam berkembang seperti saat ini, Sabang menjadi pelabuhan utama dalam peta perdagangan internasional. Sejak masa Hindia Belanda, Sabang pun ditetapkan sebagai pelabuhan bebas bagi perdagangan internasional.
Pecahnya Perang Dunia II berdampak besar bagi kota ini. Pasukan Jepang mulai menduduki wilayah ini pada tahun 1942. Pendudukan Sabang berarti besar bagi proses invasi Jepang ke wilayah-wilayah lain di Indonesia. Pasukan Jepang menjadikan Sabang sebagai pelabuhan militer dan garis pertahanan udara terdepan menghadapi ancaman Sekutu dari arah Barat.
Setelah diduduki pasukan Jepang, terjadi kerusakan besar-besaran akibat pemboman oleh pihak Sekutu yang menyebabkan pelabuhan internasional Sabang ditutup. Karena itulah, tentara Jepang membangun benteng serta bunker di sekeliling garis pantai dan perbukitan Sabang untuk memperkuat pertahanan mereka.
Bunker-bunker buatan tentara Jepang ini berfungsi sebagai pos-pos pengintaian untuk mengantisipasi serangan musuh dari arah laut lepas. Benteng dan bunker-bunker ini antara lain terdapat di Ujung Kareung, Aneuk Laot, Bukit Sabang dan sepanjang Pantai Kasih.
Berdasarkan informasi warga setempat, beberapa bunker tersebut memiliki terowongan bawah tanah menuju ke Bukit Layang yang menjadi pusat komando pasukan Jepang. Selain itu, terowongan ini juga menghubungkan titik-titik strategis pertahanan teritorial Jepang sehingga membentuk suatu jejaring infrastruktur pertahanan yang solid.
Sisa-sisa bunker ini sampai sekarang masih dapat kita saksikan saat berkeliling Sabang. Diantara yang paling jelas terlihat adalah lorong yang berada di jalan turunan menuju Danau Aneuk Laot dan beberapa bunker di sepanjang Pantai Kasih.
Bunker lain yang layak untuk disinggahi adalah yang berada di dekat Pantai Anoi Itam. Di sini, sisa-sisa meriam masih dapat kita temui meskipun sudah tidak terpasang sebagaimana aslinya. Dari bunker yang berada di perbukitan ini, kita dapat melihat pemandangan Pantai Anoi Itam yang terlihat sangat indah di sore hari.
Hi! I am a robot. I just upvoted you! I found similar content that readers might be interested in:
https://www.indonesiakaya.com/kanal/foto-detail/menelusuri-jejak-sejarah-pendudukan-jepang-di-pulau-weh
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Itu sejarang dulu
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit