Tulisan ini pernah saya muat di blog dan facebook. Malam ini kembali saya posting di sini hanya untuk mengenang, bagaimana kebersamaan kami. Tulisannya saya bagi menjadi beberapa episode. Kami para anak muda yang tergabung dalam komunitas Kawe Pos. Berikut tulisannya:
Derasnya air di Muara Jambo Aye pada pagi, Minggu 18 Desember 2016, benar-benar memacu adrenalin kami. Ketika itu, saya sempat berpikir antara kematian dan makna sebuah persahabatan.
Ceritanya begini pemirsa. Pagi itu, saya, Jamal, Malek, dan Sabri berangkat ke Muara Jambo Aye untuk memancing ikan. Itu sudah kami rencanakan dua hari sebelumnya.
Tujuannya, untuk mengurangi jenuh atau tingkatan stres karena kesibukan aktivitas masing-masing setiap hari. Ya, anggap saja itu adalah sebuah tamasya, kami menyebutnya "meuramin" (bahasa daerah).
Bukan tak beralasan, kami memilih tempat itu. Selain irit dibiaya, lokasi ini juga menyuguhkan panorama yang tak kalah indah dengan tempat piknik ternama di berbagai daerah, hehehe.
Sebelum berangkat, tentu sudah kami persiapkan bekal, seperti umpan pancing, snack, kopi, hingga air mineral untuk mencegah dehidrasi.
Kami juga membawakan panci, beras, kemudian garam, jeruk nipis, kecap, cabai rawit, hingga pisau dan sebilah parang. Rencana awal memang mau memasak nasi dan bakar ikan di lokasi pemancingan.
Ngomong-ngomong, ada yang sudah pernah makan nasi dimasak menggunakan air campuran; air asin dan air tawar, belum? Benar-benar bikin ketagihan lho.
Selain pancing, kami juga membawakan satu lembar jaring ikan. Bermaksud, kalau tidak disambar di mata kail. Tentu, ada jaring yang kami andalkan untuk menangkap ikan. Kami benar-benar rakus ya? Wkwkwk.