Analisa Buku Harun Nasution “Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah Analisa Perbandingan”

in terimakasih •  7 years ago 

Bab VII: Akal dan Wahyu
Teologi sebagai ilmu yang membahas soal ketuhanan dan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadsap Tuhan, meamkai akal dan wahyu dalam memperoleh pengetahuan tentang kedua soal tersebut. Akal, sebagai daya berfikir yang ada dalam diri manusia, berusaha keras untuk sampai kepada diri Tuhan, dab wahyu sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan keterangan-keterangan tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia terhadap Tuhan.
Bagi kaum Mu’tazilah segala pengetahuan dapat diperoleh dengan perantaraan akal, dan kewajiban-kewajiban dapat diketahui dengan pemikiran yang mendalam. Dalam hubungan ini Abu al-Huzail denagn tegas mengatakan bahwa sebelum turunnya wahyu, orang telah berkewajiban mengetahui Tuhan; dan jika ia tidak berterima kasih kepada Tuhan, orang demikian akan mendapat hukuman.
Menurut al-Syahrastani kaum Mu’tazilah dalam satu pendapat bhawa kewajiban mengetahui dan berterima kasih kepada Tuhan dan kewajiban mengajarkan yang baik dan menjauhi yang buruk dapat diketahui oleh akal. Dari aliran Asy’ariah, al-Asy’ari sendiri menolak bagian besar dari pendapat kaum Mu’tazilah di atas. Dalam pendapatnya segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu.
Menurut al-Baghdadi akal dapt mengetahui Tuhan, tetapi tidak mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan karena segala kewajiban dapat diketahui hanay melalui wahyu.
Al-Maturidi, bertentangan dengan pendirian Asy’ariah tetapi sepaham dengan Mu’tazilah, juga berpendapat bahwa akal dapat mengetahui kewajiban manusia berterima kasih kepada Tuhan. Dengan demikian bagi al-Maturidi akal dapat mengetahui tiga persoalan pokok, sedangkan yang satu lagi itu kewajiban berbuat baik dan mejauhi yang buruk dapat diektahui hanya melalui wahyu.
Dengan demikian akal menurut paham golongan Bukhara tidak dapat mengetahui kewajiban-kewajiban dan hanya dapat mengetahui sebab-sebab yang membuat kewajiban-kewajiban menjadi kewajiban., Mu’tazilah dan Maturidiah Samarkand berpendapat bahwa akal dapat sampai tidak hanya kepada pengetahuan adanya Tuhan dan sifat terpujinya pengetahuan demikian tetapi juga kewajiban mengetahui Tuhan.
Dapat kiranya disimpulkan bahwa Mu’tazilah memberikan daya besar kepada akal. Maturidiah Samarkand memberikan daya kurang besar dari Mu’tazilah, tetapi lebih besar daripada Maturidiah Bukhara. Diantara aliran semua itu, Asy’ariahlah yang memberikan daya terkecil kepada akal.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!