Angsa-angsa sedang bermain di area persawahan menyambut musim semi yang sebentar lagi akan tiba(Photo credit: Kazumi Ochiai, GogoTohoku)
Di antara rahasia primanya kesehatan warga Jepang adalah udara segar yang mereka miliki. Saya dan Hamza (teman saya asal Aljazair) berkesempatan mengujungi salah satu desa yang terkenal dengan kesegaran udaranya, yaitu desa Minamisasama, kota Hanamaki, Prefektur Iwate dan berkesempatan pula menginap di keluarga Heito.
Kota Hanamaki terletak di bagian tengah Prefektur Iwate, Tohoku. Posisinya yang dilalui oleh sungai-sungai yang berair bersih dan jernih telah pula menjadikan kota ini sebagai kota andalan yang menghasilkan berbagai produk pertanian seperti beras, beragam sayuran dan buah-buahan. Dari sektor ini pula ekonomi 90 ribu jiwa lebih penduduk kota Hanamaki berdenyut.
Memanen Jamur di lahan pertanian milik Abe-san, salah seorang petani di kota Hanamaki. Meskipun musim dingin Jamur ditanami di dalam ruangan yang suhunya diperoleh dari mesin pemanas berbahan bakar kayu. Suhu diatur sedemikian rupa sesuai dengan perkembangan jamur. Hasil pertanian ini dipasarkan untuk masyarakat lokal dan seluruh Jepang. (Photo credit: Kazumi Ochiai, GogoTohoku)
Kota hanamaki memiliki Hayachine-san yang merupakan gunung kedua tertinggi di prefektur Iwate. Gunung tersebut terlihat indah dari kota Hanamaki dengan efek putih karena diselimuti Salju. Konon ada beberapa tumbuhan di dunia ini yang hanya terdapat di puncak gunung tersebut dan tidak dibenarkan seorang pun dari pengunjung untuk memetik dan membawanya ke luar kawasan Hayachine-san.
Gugusan pegunungan tersebut menjadikan Hanamaki memiliki banyak resort hot spring (Onsen resorts). Di samping itu Hanamaki juga dikenal sebagai tempat kelahiran dari seorang maestro bernama Kenji Miyazawa. Kenji Miyazawa bukan hanya kebanggaan warga Hanamaki, namun juga menjadi sosok besar dari perjalanan perkembangan pengetahuan, seni, kosmos, agama dan sektor pertanian Jepang (Saya akan membahas sosok Kenji di bagian khusus).
Untuk mencapai Hanamaki kami menghabiskan hampir satu jam dengan Sinkansen menuju bagian utara Jepang. Makin ke utara, dari balik jendela Sinkansen terlihat lahan-lahan pertanian yang ditutupi oleh salju putih. Pemandangan tersebut menunjukkan jika musim dingin masih enggan beranjak dari kota Hanamaki. Padahal di pertengahan bulan Maret seperti ini Jepang bagian selatan telah disambangi oleh musim semi yang ditandai oleh mulai mekarnya Sakura.
Bersama Oto-san dan Oka-san (Photo credit: Kazumi Ochiai, GogoTohoku)
Menjelang sore, Saya dan Hamza tiba di desa Minamisasama. Keluarga Heito yaitu sepasang suami istri yang kami panggil sebagai Oto-san (68 tahun) dan Oka-san (65 tahun) menyambut kami dengan keramahan khas Jepang yang menyentuh. Warga desa ini sepertinya memiliki lahan pertanian yang luas. Rumah-rumah para petani di daerah ini dipisahkan oleh lahan pertanian mereka yang luas.
Kami menghabiskan sore dengan perbincangan yang seru ditemani dengan green tea hangat dan kue mochi berlapis daun sakura. Percakapan kami berlanjut ke ruang dapur dimana Oka-san memperkenalkan bagaimana orang Jepang memasak manu makan malam mereka. Menu makanan kami malam itu adalah Nasi merah dan sup ikan. Menurut Hamza, makanan Jepang terlihat simple dan setengah masak. Hal ini berbeda dengan makanan yang ada di negaranya. Masih menurut Hamza jika tekstur dan derajat kematangan masakan Aljazair antara masakan Jepang dan India. Saya tidak begitu paham seperti apa. Saat diskusi memasuki topik makann ini Hamza memperlihatkan gambar makanan khas Aljazair yang dia sebut sebagai Kuskus melalui ponselnya. Menurut Oka-san kuskus terlihat seperti Pizza. Hamza tidak putus asa dan memperlihatkan gambar yang lain dan menyebut sebuah nama lain, sementara Oka-san kembali mengomentarinya dengan menyamakan jenis makanan tersebut dengan karee, kami pun tertawa bersama.
Saat jam menunjukan tepat pukul delapan malam kami pamit untuk menunaikan salat dan tidur. Kami pun segera menuju kamar yang telah disiapkan oleh keluarga Heito. Futon yang dilengkapi dengan empat lapis selimut telah menyambut kami. Meskipun heater telah dinyalakan selimut-selimut itu sepertinya sangat berguna dan terlihat nyaman. Menurut Oka-san saat puncak musim dingin, Hanamaki dapat ditutupi oleh salju setinggi 3-4 meter. Salah satu daerah terdingin di Jepang.
Meskipun dingin, sekitar pukul empat pagi kami bangun untuk menunaikan salat subuh dan setelahnya melanjutkan tidur, sampai kemudian suara Oto-san dari balik pintu kamar mengucapkan Ohaiyo Gozaimas. Panggilan tersebut sebagai penanda jika sarapan telah disiapkan. Oka-san menyeduh kopi Aceh yang sengaja saya berikan sebelumnya sebagai oleh-oleh. Oka-san terlihat senang saat menyeduh dan aroma kopi seketika memenuhi ruangan.
Bersepeda menikmati pemandangan desa Minamisasama, Hanamaki, Prefektur Iwate (Photo credit: Hamza)
Usai sarapan Oto-san mengajak kami ke garasi dan menemukan tiga buah sepeda. Sepeda-sepeda tersebut sepertinya telah lama tidak digunakan dan terlihat kempis. Setelah memompanya kami pun mendayung sepeda menelusuri jalan beraspal. Sawah-sawah itu terlihat ditutupi oleh salju. Dari kejauhan saya melihat sebuah mobil pengeruk salju membersihkan saluran irigasi dari bongkahan salju yang telah menjadi es.
Oto-san menjelaskan jika aktivitas pertanian akan kembali bergeliat saat musim semi tiba. Saya dan Hamza membayangkan jika betapa indah dan hijaunya desa Minamisasama pada musim panas yang akan datang. Tentu pemandangannya akan sangat berbeda dengan suasana saat ini. Segerombolan angsa-angsa putih memekik dan terbang bersama-sama menuju arah timur. Segerombolan angsa yang lain terlihat sedang bermain-main di tengah sawah, sepertinya sedang mencari sisa-sisa makanan usai musim dingin. Di kejauhan Hayachine-san terlihat memantulkan kilauan putih saljunya yang memesona. Membuat pagi di desa Minamisasama terasa sempurna.
Congratulations @alfirahman! You received a personal award!
Click here to view your Board
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Congratulations @alfirahman! You received a personal award!
You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking
Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit