Travelogic #3 -- Di Patani: Malam Pertama di Hotel CS Pattani yang Pernah Kena Bom Dua Kali

in travel •  7 years ago  (edited)

IMG_20180317_214634.jpg

MALAM TELAH MENGGENANGI PATANI dengan sempurna ketika van yang menjemput kami dari bandara Hat Yai berhenti tepat di depan CS Pattani Hotel. Sebuah hotel bintang tiga atau mungkin juga bintang empat, yang terletak di Distrik Muang. Dari jalur utama Nongjik Road hotel ini terletak agak masuk ke dalam melewati satu dua blok pertokoan yang lengang. Seorang perempuan langsung menyambut kami, setelah sopir selesai menurunkan tas dan koper dari bagasi. Ia menyilahkan kami sekadar rehat sejenak di lobi sembari menunggu pembagian kamar inap. Ada metal detector di muka pintu lobi hotel ditunggui seorang sekuriti. Ini metal detector yang masih menyala, tapi kami sama sekali tidak diharuskan melewatinya, kecuali langsung saja nyelonong melalui sisi pintu lainnya dan duduk di kursi lobi.

Masih pukul 19.50 waktu Thailand bagian selatan ketika perempuan yang menyambut kami membagikan kunci kamar yang semuanya kebagian di lantai enam. Dengan bahasa Inggris logat Thai perempuan ini memberitahukan juga bahwa kami sudah ditunggu oleh segenap panitia di restoran hotel. Ada welcoming dinner, katanya. Gegas saja kami berpencar dalam dua lift berbeda, naik ke kamar masing-masing sekadar menyimpan barang bawaan. Di lift yang dinding bagian belakangnya berupa kaca bening tebal, musik khas Sunda mengalun lamat-lamat dari speaker yang tak terlihat. Menemukan alunan musik khas satu suku Indonesia di Patani adalah satu hal yang istimewa.

Selang 15 menit kami sudah berada di restoran hotel yang terletak di sayap kanan bangunan. Di sana kami disambut oleh belasan panitia yang ketika memperkenalkan diri kuketahui sebagian besar mereka adalah akademisi, peneliti, dan pekerja kemanusiaan. Ini sambutan yang hangat. Semuanya bertukar sapa sementara aroma Tom Yam dari dua meja makan besar cukup memancing para cacing di perutku melakukan demonstrasi. Syukur, tak lama bertukar sapa dan memperkenalkan diri, kami langsung diajak duduk menghadap meja makan yang di atasnya telah tersaji aneka jenis makanan. Hampir semuanya makanan khas Thailand, dan hanya satu yang kutahu namanya: Tom Yam.

Di restoran hotel yang interiornya bergaya Eropa, dengan panggung kecil yang memuat seperangkat piano klasik di belakangnya, rombongan dari Aceh berbaur dalam dua meja makan terpisah. Aku bersama Hendra KontraS, dan Pak Nurdin AR kebagian di meja yang satu ditemani dua pria Amerika, yang keduanya mengaku telah tinggal di Thailand selama belasan tahun lebih. Yang satu adalah seorang dosen ilmu politik bergelar doktor yang namanya kutahu, duduk di samping Pak Nurdin AR. Satunya lagi Jeff, seorang fotografer plus movie maker. Di sampingnya ada seorang pria Jepang yang oleh beberapa panitia memanggilnya dengan nama Toyota. Ia pria yang menyenangkan. Setidaknya menyenangkan bagiku ketika berbicara padaku dengan bahasa inggrisnya yang terdengar aneh, dan anehnya aku melayaninya dengan jenis bahasa Inggris yang tak kalah aneh (mohon permakluman kiranya).

IMG_20180315_202306.jpg

Pak Nurdin AR bersama si Doktor ilmu politik dari Amerika dan Jeff terlibat dalam pembicaraan yang intim. Aku, Hendra dan si Toyota sebaliknya. Tapi keakraban yang sangat-sangat jelas terlihat di sini adalah ketika mendengar denting sendok beradu dengan piring ketika semuanya melahap sajian makan malam yang semuanya terasa pas di lidah. Di meja satu lagi tak lebih sama. Makan malam yang penuh kehangatan, dan dari apa yang bisa kutangkap indera penerjemahan bahasa Inggris di otakku, pembicaraannya semua orang di sini seputar makanan yang lezat, penerbangan, dan sepintas tentang situasi terakhir Patani, diselingi dengan tertawa lepas di antara sesama. Aku menyimak pembicaraan si Doktor Ilmu Politik dengan Pak Nurdin AR dan menemukan perangkat penerjemahan di otakku benar-benar kewalahan. Untuk menepis kekecewaan hati pada penguasaan bahasa inggrisku, aku menyicip hampir semua menu yang ada setelah makan utama selesai.

"You know. This hotel has bombing twice," bisik si Toyota sambil mengangguk-angguk khas gaya orang Jepun ketika aku tengah menciduk kuah Tom Yam untuk kesekian kali. Mendengar bisikan si Toyota, sendokku terbenam sejenak dalam mangkuk besar Tom Yam. Sambil menoleh kupastikan pada, "Are you sure?" "Googling it. Googling it," jawabnya berulang-ulang sambil tertawa terbahak yang membenamkan dua kelopak matanya di balik tulang pipinya yang menonjol cukup kentara.

Mendengar ia tertawa aku pun menyambutnya dengan tawa. Melihat aku ikutan tertawa ia balik bertanya, apa aku tidak takut? Sambil masih tertawa, dengan bahasa Inggris terbata-bata kubilang padanya, "Persoalan bom kita berdua punya cerita yang sama, tapi memiliki pengalaman yang berbeda." "Apa itu?" "Kau punya pengalaman sejarah bom Nagasaki dan Hiroshima, tapi aku yakin kau tak pernah mendengar suara ledakannya. Aku punya pengalaman bom yang kurang dahsyat dari itu, tapi aku pernah mendengar suaranya." "Yeah. I know it. I Know it. GAM, right?" Kami sama-sama tertawa lagi sementara yang lainnya masih terlibat dalam pembicaraan yang entah tentang apa.

Usai makan malam aku memisahkan diri dari semuanya. Aku keluar ke pelataran gerbang hotel sekadar menghirup udara segar dan asap rokok yang telah kusulut dengan buru-buru sedari tadi. Sambil merokok kubuka laman browser google di gawai dan mengetik nama hotel ini dengan tambahan kata "bomb" di kotak pencarian. Tak lama loading, google langsung menyediakan link-link situs berita yang berhubungan dengan kata kunci tadi. Di tiga deretan teratas keluar nama-nama situs ini: bangkokpost.com, news.com.au, dailymail.co.uk.

30187679-01.jpg
Source: nationmultimedia.com

Setelah kubaca beberapa kilas berita-berita yang tersaji di link itu, aku kembali menyulut batang rokok yang kedua. Dua blok pertokoan telah lengang sempurna. Angin berkesiur pelan. Beberapa kendaraan lalu lalang. Aku teringat dengan perkataan sopir dalam perjalanan dari bandara Hat Yai sore tadi, "Kalau sudah ketemu pos serdadu di jalan, berarti benar kita sudah berada di Patani." Aku teringat pos-pos serdadu itu, lalu mencoba menghubungkan perangkat metal detector di pintu lobi, dan ya aku sedang berada di Patani. Sedang apakah yang berlaku di Patani ini?


Cek tulisan sebelumnya di sini:

Ke Patani: Jalur Ketibaan Untuk Isu Perdamaian dan Kemanusiaan
Sepanjang Jalan Menuju Patani

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
  ·  7 years ago Reveal Comment

Nice Post dear. Looking forward to read your next post.

I have followed you, follow me back to be getting up votes from me on your future posts. https://steemit.com/@nwanne

Thank you.

Phising

WARNING - The message you received from @altcoinalerts is a CONFIRMED SCAM!
DO NOT FOLLOW any instruction and DO NOT CLICK on any link in the comment!
For more information, read this post:
https://steemit.com/steemit/@arcange/virus-infection-threat-reported-searchingmagnified-dot-com
Please consider to upvote this warning or to vote for my witness if you find my work to protect you and the platform valuable. Your support is really appreciated!