Saat memasuki halaman rumahnya yang agak luas, kami disambut suara bebunyian, prak-prak. Bunyi suara tersebut seperti papan yang dibenturkan dengan benda lainnya.
Persis di depan rumah berkonstruksi papan tersebut, terdapat sebuah papan nama yang terbaca jelas dengan tulisan cat warna hitam.
SONGKET ACEH KREASI JASMANI. Menyediakan berbagai jenis kain songket, dan juga menerima pesanan.
Seorang wanita buru-buru mengenakan kembali jilbabnya saat mengetahui kedatangan kami. Dengan senyumnya yang khas, sesaat Ia menghentikan aktivitasnya seraya mengulurkan tangan dan menyalami kami.
'Ada perlu apa dek yah," tanyanya.
Setelah menjelaskan maksud kedatangan kami, tidak ada raut wajah gembira, Ia hanya tersenyum datar, dan kembali melanjutkan aktivitasnya memasukkan satu persatu benang, dan kemudian merapatkan bagian benang tersebut pada pola yang sudah sebagian membentuk kain.
'Ini saya sedang buat songket Pucok Rebong, pesanan warga Aceh yang tinggal di Tangerang, Banten, " katanya membuka percakapan.
Dengan tidak menghentikan aktivitasnya membuat kain songket, wanita paruh baya yang pada awal perkenalan kami tadi menyebut namanya Jasmani kembali melanjutkan ceritanya.
"Biasanya permintaan warga untuk pasaran lokal cukup ramai juga," ujarnya.
Pesanan warga Aceh, tukas Jasmani, biasanya merupakan salah satu Peunewoe untuk acara perkawinan.
Peunewoe adalah istilah yang bermakna barang-barang antaran pengantin pria untuk mempelai wanita. Selain barang lainnya, songket Aceh adalah salah satu antaran yang harus ada dalam Peunewoe.
"Kalau lagi musim pesta jelang pernikahan adat, order dan permintaan songket bertambah," ungkapnya.
Selain dipergunakan untuk kegiatan pernikahan, Jasmani juga mengaku bahwa saat ini songket telah banyak si gunakan untuk berbagai bahan lainnya, seperti untuk bahan gaun, baju, dan pelengkap lainnya.
"Yang saya buat sekarang ini, adalah pesanan untuk di jadikan blazer," katanya.
Untuk membuat satu buah songket berukuran panjang 6 meter, Jasmani membutuhkan waktu tidak kurang dari lima minggu. Namun terkadang ada jenis tertentu yang mampu diselesaikannya lebih cepat kurang dari 15 hari.
Dalam kurun waktu satu bulan, rata-rata produksi songket dari usaha yang Ia geluti sebanyak 10 hingga 12 lembar.
Bersama lima warga lainnya, Jasmani menggantungkan pendapatan keluarganya dari usaha membuat kain tenun songket.
"Warga yang bekerja sama saya saat ini, mereka yang dulunya saya ajari tentang teknik membuat songket tenun," ungkapnya.
Tingkat kerumitan dan lamanya proses pengerjaan kain songket tenun ini, menyebabkan harga jualnya yang tinggi. "Tapi tentunya bukan soal lama dan rumit saja, kualitas songket tenun Aceh masih jauh lebih baik dibanding yang lain," ujarnya.
Didalam workshop usaha songket milik Jasmani tersebut, sederet produk yang telah dihasilkannya tersimpan rapi dalam lemari kaca.
Selain itu, sederet penghargaan dan piala tampak berjejer rapi di beberapa lemari lainnya. Tampak juga beberapa foto yang dipajang pada bagian dinding workshop yang sekaligus dijadikannya rumah tempat tinggal.
"Itu foto tahun 1994, sewaktu saya berada di Den Haag, Belanda," terangnya tanpa dimintai penjelasan.
Sejenak Ia menghentikan pekerjaannya, dan menggeser tempat duduknya. Dengan semangat Jasmani kembali menatap jejeran foto tersebut.
"Songket telah membawa saya ke negeri kincir angin itu, dan kejadian tersebut adalah anugerah tersendiri bagi saya," ungkapnya.
Menurutnya, bepergian keluar negeri adalah peristiwa langka bagi dirinya, dan hal tersebut terjadi sekali dan hingga kini usianya menapaki 48 tahun.
"Sebulan lamanya saya di Den Haag, saat itu saya diikutsertakan dalam festival tong far-far," ungkapnya.
Sesaat perbincangan kami terpecah saat terdengar suara Assalamualaikum , dan muncul sosok anak kecil dari balik pintu. Dan serentak kami menjawab Waalaikumsalam. "Ini anak saya satu-satunya, sudah kelas tiga dia sekarang," terang Jasmani sambil meminta anaknya untuk juga menyalami kami.
Beberapa saat kemudian, Jasmani kembali melanjutkan pekerjaannya. Songket yang Ia tenun terlihat sudah hampi setengahnya selesai. "Harga songket seperti yang saya kerjakan ini capai Rp300 ribu permeter," sebutnya.
Untuk panjang 6 meter, rata-rata harga jual songket mencapai Rp1,8 juta. Dan di rumah seni kreasi songket milik Jasmani yang terletak di Gampong atau Desa Miruek Taman, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, terdapat banyak variasi harga, dengan kisaran antara Rp900 ribu hingga Rp2 juta untuk ukuran panjang 6 meter.
Mengenai ketrampilan membuat songket yang didapatkannya, Jasmani mengaku memperoleh ilmu tersebut dari Nyak Mu. "Saya salah satu murid beliau, dan kini Nyak Mu sendiri sudah meninggal," paparnya.
Untuk dapat menjadi perajin songket tenun, membutuhkan waktu bertahun tahun mempelajarinya. Ia sendiri menceritakan telah belajar songket dengan almarhumah Nyak Mu sejak tamat SMA. "Usai tamat sekolah menengah atas, saya sudah tinggal bersama Nyak Mu selama bertahun tahun," ungkapnya.
Dari beberapa catatan buku pesanan yang diperlihatkannya kepada kami, tercatat beberapa nama istri pejabat pemerintahan yang memesan songket tenun miliknya. "Artis lokal Liza Aulia juha sering pesan ditempat saya," katanya.
Menurut Jasmani, sebagaimana yang pernah diceritakan oleh gurunya, motif songket Aceh sebenarnya mencapai ratusan jenis, namun banyak diantara motif tersebut yang sudah punah sebab tidak ada lagi perajin yang membuatnya.
Beberapa motif yang saat ini paling banyak di produksi adalah jenis pucok reubong, pucok meriah, dan juga pinto Aceh.
Dinamakan motif pucok reubong, papar Jasmani, sebab jenis ini dominan terdapat pola ujung reubong, atau anak bambu yang dominan terlihat. Sementara untuk jenis Pucok Meriah, karena pola batang rumbia yang lebih terlihat jelas.
"Bagi saya, membuat songket ini bukan hanya soal motif ekonomi, namun lebih dari itu saya ingin tetap melestarikan warisan budaya Aceh," ungkapnya.
Istri dari Barliansyah ini juga mengemukakan mimpinya untuk membangun gampong atau desa songket ditempat Ia tinggal saat ini.
"Dari dulu saya punya cita-cita bangun gampong songket di tempat saya tinggal sekarang," katanya.
Namun mimpi tersebut belum tercapai hingga usianya jelang senja. Dari banyak warga di Desa Miruk Taman tempat Ia tinggal, hanya lima orang yang mampu diajarkannya tentang teknik membuat songket tenun.
"Saya membayangkan, jika desa tempat ini jadi Gampong songket, maka siapapunn yang butuh songket bisa datang kemari. Dan tempat saya tinggal ini juga bisa jadi wisata songket," terangnya.
Songket Aceh atau tenun ikat tradisional, kerajinan tradisional yang dilakukan secara turun temurun, dengan menggunakan alat dari kayu dan benang warna warni, hasil tenun kemudian di buat untuk keperluan macam, seperti pakaian, hiasan meja, hiasan dinding, dan keperluan lainnya.
Beberapa hari sebelum kami berkunjung ke kediaman Kak Jasmani, kami diberi,kesempatan untuk mengikuti rombongan istri Gubernur Aceh Niazah A Hamid mengunjungi beberapa gerai songket Aceh binaan Dekranas, diantaranya yang terletak di depan bekas bioskop Garuda, atau persisnya hanya terpaut 25 meter dari Dinas Kesehatan Aceh.
Bersama istri Gubernur Aceh tersebut, juga turut bersamanya Ruth Lawson, warga negara kebangsaam Australia.
Ruth Lawson adalah istri dari Harry Lawson pimpinan perusahaan peternakan besar dari Australia yakni Iivestock Improvement Company.
Sudah satu minggu Ruth Lawson berada di Banda Aceh menemani suaminya yang berencana membangun kerjasama usaha peternakan di Aceh Besar.
Selain menemani suaminya, Ruth Lawson juga banyak menghabiskan waktu dengan mengunjungi berbagai sentra kerajinan di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Saat mengunjungi sentra songket tenun binaan Dekranas, Ruth mengungkapkan ketertarikannya pada songket tenun Aceh. "ini kain sangat bagus, dan di negara saya harganya bisa capai 400 dolar Australia," katanya.
Ia juga menceritakan bahwa dirinya pernah berjumpa dengan warga Aceh yang telah menjual produk songket Aceh di Australia.
Kepada istri Gubernur Aceh, Ruth juga berjanji akan membantu songket buatan Aceh ke pasar di Australia.
Ia menyebutkan bahwa dirinya memiliki kolega perusahaan fashion yang memikiki banyak outlet pakaian di seluruh Australia. "Saya akan bangun kerjasama dengan perusahaan tersebut, dan meminta mereka untuk memasukkan songkey Aceh sebagai salah satu produk yang mereka jual," tukasnya.
Dengan kualitas songket Aceh yang sangat bagus, Ruth optimis produk tersebut akan mudah di pasarkan melalui jaringan pemasaran berbagai perusahaan yang di kenalnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Safwan menerangkan, saat ini dirinya berkomitmen tinggi untuk mengembalikan kejayaan songket Aceh seperti pada era tahun 1990.
"Songket Aceh dulu pernah berjaya di Malaysia, Singapura, dan bahkan pasar India," kata Safwan
Pada era kepemimpinan Gubernur Aceh Profesor Ibrahim Hasan, tiap daerah di Aceh memiliki sentra kerajinan songket dengan berbagai motif, dan hasil kualitas tinggi.
Saat ini, kata Safwan, pihaknya terus melakukan penguatan usaha-usaha kerajinan songket Aceh, dan mendorong para pelaku untuk melakukan diversifikasi produk, dengan mendorong perajin untuk membuat inovasi produk berbahan songket, seperti baju, tas, sepatu dan kebutuhan sandang lainnya.
Ada lima wilayah di Aceh yang menjadi konsentrasi kita dalam pengembangan kerajinan songket, yakni Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Aceh Timur, serta Aceh Utara.
Soal kualitas, terang Safwan, songket Aceh masih lebih unggul di bandingkan dengan prosuk songket dari wilayah lain di Indonesia.
"Hasil songket Aceh merupakan produk alat tenun bukan mesin, atau ATBM. Dan faktor inilah yang menjadikan produk kita berbeda," sebutnya.
Salah satu bukti songket Aceh pernah berjaya, ungkap Safwan, dulu era 1980 Aceh pernah punya gerai songket di Malaysia. Dan faktor inilah yang mendorong kita ingin mengembalikan kejayaan itu.
Upaya untuk mengembalikan kejayaan songket tenun Aceh terus dilakukan pihak Disperindag saat ini, diantaranya dengan memagangkan sejumlah pelaku kerajinan ini ke Palembang. Dan selain itu juga mengikutsertakan hasil produk songket Aceh pada even bergengsi seperti Inacraft, dan juga pameran produk di Singapura.
Cerita yang menarik nih !!!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Tks brader
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit