Kill the Boredom in Pusaka Nias Museum | Membunuh Bosan di Museum Pusaka Nias

in travel •  7 years ago  (edited)

[English]



I went to Gunung Sitoli, Nias in the end of 2012. As the largest city in the Nias archipelago, I found the city quiet, disorganized, and boring. Not much to see or do in a city which is located by the sea.

But there is one place that I frequently visited. It is called Musem Pusaka Nias. What? Museum? How come visiting a museum can be fun?

image

image

This museum is quite unique. Located in a complex where there is a mini zoo and area to sit and relax on the beach. It is close to the city center, less than 10 minutes. At that time the entrance ticket for adult / public / high school children on Monday-Friday was Rp 3,000, on holidays we had to pay Rp 4,000, -. Students of junior high school paid half price. We also needed to pay parking fee for Rp 1,000, -.

The museum itself is a small building inside the complex. It is open from 13.30 and and the ticket was Rp 2.000. But not many people visited this museum because they preferred to enjoying the view at the beach.

Mini Zoo

Upon entering this area, we would see Nias traditional buildings, a meeting hall and a museum. This traditional house is made of wood. It looks cool, sturdy and artistic. I like it. In some corners there are statues made of stone which reminds us of megalithic age.

image

image

image

If we turned left, there was a path going down. We would see a very large crocodile. At first I thought the crocodile was made of stone. Furthermore there are some animals that we can see such as monkeys, birds, porcupines, turtles, deer, mouse deer, etc. Well, not too many indeed.

image

Exotic Seashore

After looking around the mini zoo, I was sitting at the seashore. The view was beautiful, green, fresh, and calming. The green trees were in contrast to the blue sky, the clear sea water and the rocks that break the waves. It looked very elegant. I also could see several pretty and artistic gazebos and walking paths made of dead corals. Everything was looking very natural and in harmony with the surroundings. The stones on the paths were arranged in such a way that they formed certain patterns. Some details of ornaments in the gazebo and bridge represented traditional motifs and statues.

image

image

image

image

On this beach, there was wave breaking rocks. So there was a section surrounded by these rocks which had small waves. Children liked to play in this area. My daughter enjoyed it very much especially because there were slides too.

image

image

We could also meet tame pigeons here. If we bring food for them, we will be surrounded by them just like fans flocking around their idols asking for signatures.

image

There was one thing that made me a bit surprised. This nice place was pretty quiet, even on weekends or national holidays. Did the residents of Gunung Sitoli not like this museum? For me, this puzzle remains unsolved until today.

image



[Indonesian]

Akhir tahun 2012 saya menjejakkan kaki di Gunung Sitoli, Nias. Sebagai kota terbesar di kepulauan Nias, saya mendapati kota ini lengang, kurang teratur, dan membosankan. Tidak banyak yang bisa dilihat ataupun dilakukan di kota yang dekat dengan laut ini.

Tapi ada satu tempat yang sering saya datangi untuk bersantai dan menghalau rasa bosan. Tempat itu bernama Museum Pusaka Nias. Hah? Museum? Sejak kapan museum asyik untuk bersantai?

Museum ini cukup unik. Terletak di suatu kompleks di mana di dalamnya terdapat kebun binatang mini dan area bersantai di bibir pantai. Letaknya dekat dengan pusat kota, tidak sampai 10 menit. Waktu itu karcis masuk untuk dewasa/umum/anak SMU pada hari Senin-Jumat Rp 3.000, hari libur harus bayar Rp 4.000,-. Pelajar SMP ke bawah bayar setengahnya saja. Plus bayar parkir untuk kendaraan, sepeda motor cuma dikenai Rp 1.000,-.

Museumnya sendiri yang merupakan bangunan kecil di dalam kompleks ini buka dari jam 13.30 dan harus bayar tiket lagi Rp 2.000. Tapi tidak banyak orang yang berkunjung ke tempat ini karena pengunjung lebih suka menikmati keindahan alam di pinggir pantai.

Kebun Binatang Mini

Saat kita masuk ke area ini, kita akan disambut dengan bangunan-bangunan tradisional, yaitu rumah tradisional Nias, balai pertemuan dan museum. Rumah tradisional ini terbuat dari kayu yang keren, kokoh dan artistik. Saya suka. Di beberapa sudut tampak patung-patung dari batu, mengingatkan kita pada jaman megalitikum.

Lalu kalau kita belok kiri, menyusuri jalan setapak yang menurun,kita akan ketemu dengan buaya yang sangat besar. Saya sempat mengira buaya itu terbuat dari batu. Selanjutnya ada beberapa binatang yang bisa kita lihat seperti monyet, burung, landak, penyu, rusa, kancil, dsb. Tidak terlalu banyak sih, namanya juga kebun binatang mini.

Bibir Pantai Eksotis

Setelah keliling melihat kebun binatang mini, kita bisa duduk-duduk di pinggir pantainya. Suasananya asri, hijau, segar, dan nyaman. Hijaunya tanaman di lokasi itu berpadu dengan birunya langit, beningnya air laut dan batu-batu karang yang memecah ombak. Elok nian. Ditambah dengan beberapa gazebo yang cukup artistik dan area berjalan serta pinggir pantai yang dibangun dengan menggunakan bebatuan. Kesannya alami dan serasi dengan sekitarnya. Bebatuan yang ada di jalan-jalan setapak disusun sedemikian rupa dengan pola-pola tertentu. Beberapa detail ornamen di gazebo dan jembatan kental dengan unsur tradisional. Hal ini ditandai dengan hadirnya motif-motif lokal dan patung-patung.

Di pantai ini ada karang-karang pemecah ombak,jadi bagian yang disekat itu ombaknya pelan sehingga aman buat main anak-anak. Area ini dilengkapi juga dengan prosotan. Anak saya suka sekali bermain di situ karena airnya tidak dalam.

Oh ya disini banyak merpati yang cukup jinak. Kalau kita membawa makanan buat mereka, dijamin kita bakal dikerubutin kayak artis yang dikerumunin fans yang mau minta tanda tangan.

Ada satu hal yang membuat saya agak heran. Tempat sebagus ini cukup sepi, bahkan saat akhir pekan atau hari libur nasional. Apakah warga Gunung Sitoli sendiri tidak suka berkunjung ke sini? Buat saya ini teka-teki yang belum terpecahkan sampai sekarang.



Thanks for stopping by and reading my post. If you enjoy it, please upvote, and resteem if you wish. I will really appreciate it.

Terima kasih sudah singgah di blog dan membaca tulisan saya. Jika sahabat Steemit suka, silahkan upvote, dan resteem jika mau. Saya sangat menghargainya.

Please follow @horazwiwik for more posts about sewing crafts, kids, travel, cultures, and other fun stuff

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Bagiku teka-teki terbesar justru dimulai dari melihat photo kedua dan seterusnya. Penasaran, ini beneran di negeri kita? Masa iya ada tempat wisata sebersih dan seindah ini. Ternyata terjawab di akhir cerita, tempat ini sepi dan hanya orang-orang tertentu seperti Bu @horazwiwik yang berminat mengunjungi Museum.. hahaha.. dan aku juga saat ini di depan laptop, sedang menulis tentang hal yang sama, mengunjungi museum juga

Beneran lho, ini keren tempatnya. Tp sepi. Aplg museumnya makanya sy sampe lupa ga ambil foto.

Klo di aceh tempat kyk gini pasti super duper rame ya.
Instagramable.

Museum mana nih yg dikunjungi @rayfa?

Di Aceh, kalau tempatnya di pinggir laut seperti itu mungkin ramai, tapi kalau cuma Museum, kayaknya belum banyak yang berminat.. so far, yang agak ramai pengunjung cuma Museum Tsunami

hahaha betul. kalo museum identik dengan tempat yg membosankan.

Congratulations @horazwiwik! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of posts published

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

Hati-hati motret buaya darat @horazwiwik...

buaya darat ga usah dipoto bg @ayijufridar. mereka bagusnya ditimpukin aja.