Pantai Bira dan Apparalang

in travel •  7 years ago 

Assalamualaikum Steemian..
Selamat Malam.
Postingan kali ini masih tentang Traveling ke Makassar ya.
Kali ini bercerita tentang perjalanan kami ke Pantai Bira dan Apparalang.

"A journey of a thousand miles must begin with a single step"
Sepenggal kalimat Lao Tzu di atas mengisyaratkan bahwa sebuah perjalanan dimulai dari langkah pertama. Banyak hal yang menyenangkan di luar sana. Bila kita tidak bergerak, kita tidak bisa merasakan bagaimana suara ombak begitu merdu bernyanyi teratur di lautan, bagaimana matahari begitu hangat menyapa pasir di tepi pantan, bagaimana bisikan angin begitu syahfu menyisir semilir di dahan-dahan dan bagaimana bisa ciptaan Tuhan yang begitu indah dilewatkan.
Liburan kali ini kami merencanakan ke Tanjung Bira. Tanjung Bira terletak di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Tanjung Bira terkenal dengan pantainya yang indah dan pasirnya yang selembut sagu.
Perjalanan dimulai dari pondokan kawanku, Lisa. Aku, Eka dan Lisa sudah siap siaga menunggu jemputan pukul 03.00 WITA. Kira-kira 15 menit kemudian, Anto dan kawannya tiba di pondokan. Dengan Inova silver goldnya kami berangkat sekitar pukul 03.30 WITA. Mobil terus melaju ke arah selatan kota Makassar. Perjalanan dari Makassar ke Tanjung Bira sekitar 6 jam lamanya. Di dalam mobil, kami memulai perkenalan pertama kami dengan kawannya Anto, sebut saja namanya Kimie. Kimie dan aku serta Lisa berasal dari SMP yang sama namun tidak pernah satu kelas. Dan ini yang menjadi alasan terbesar kami tidak mengenal satu sama lain.hmmm
Beralih dari cerita Kimie. Anto yang bertugas sebagai pengemudi saat ini sebenarnya baru tiba dari Jakarta pukul 01.18 WITA. Wow.. jam terbang Anto memang tinggi. Tidak seperti kami yang hanya berstatus mahasiswa. Anto merupakan karyawan di perusahaan perminyakan negara dan Ia sering ditugaskan ke luar provinsi. Seperti saat ini, sekembali Anto dari perjalanan tugasnya di Jakarta, kami masih diajaknya menikmati liburab bersama ke pantai.
Dari kota Makassar, kami harus melewati Kabupaten Gowa. Ada beberapa kabupaten yang harus kami lalui untuk sampai ke Bira. Setelah mengisi bahan bakar, kami melanjutkan perjalanan kami dengan sesekali berbincang dengan kimie. Setelah kabupaten Gowa, lalu Takalar dan Jeneponto, azan Subuh berkumandang. Kami memutuskan untuk mencari masjid terdekat. Eka yang notabene adalah putri jeneponto kami kerahkan untuk menuntun kami ke peribadatan terdekat. Setelah tiba dan menunaikan shalat Subuh, kami melanjutkan perjalanan. Hujan pun turun, tapi tidak begitu deras.
Kabupaten jeneponto begitu panjang. Di sepanjang jalan, pemandangan diisi dengan padang rumput, rumah-rumah adat yang tersusun rapi dan kuda-kuda yang berkeliaran. Jeneponto memang terkenal dengan kuda sebagai maskotnya. Eka menjelaskan bahwa makanan yang terkenal disini adalah coto kuda. Mendengar hal itu, Lisa dengan sangat antusias mengungkapkan rasa penasarannya dengan makanan satu ini. "Tapi ini kan masih subuh, belum ada warung yang buka" jelas Eka.
Perjalanan terus berlanjut, hujan pun telah reda. Kami berhenti sejenak untuk mengambil gambar gapura kota Bantaeng. Kabupaten Bantaeng terkenal dengan keteraturan kotanya. Selain pembangunan yang semakin baik, di kota ini juga ditumbuhi banyak pohon, pemandangan yang sangat kontras bila dibandingkan dengan kondisi Kabupaten Jeneponto yang sedikit gersang.
Beberapa menit kemudian, kami melanjutkan perjalanan. Karena matahari sudah mulai terbit, perut pun terasa keroncongan, Lisa dengan tanggap melihat toko penjual kue-kue basah. Kami pun berhenti. Sarapan pagi kami isi dengan menu kue pilihan Lisa, sedikit mengganjal perut kukira.
Setelah Bantaeng, kami memasuki Kabupaten Bulukumba. Di Kabupaten Bulukumba terdapat sebuah masjid Islamic Center Datok Tiro. Datok Tiro adalah salah satu datok dari tiga datok yang diutus oleh Sultan dari Aceh, Sultan Iskandar Muda untuk menyebarkan agama Islam di Sulawesi Selatan. Ketiga datok ini sebenarnya berasal dari Minang Kabau, Sumatra Barat. Untuk menghormati jasa-jasa Datok Tiro, masyarakat Bulukumba membangun masjid dengan membubuhkan namanya.
Setelah berfoto-foto di depan masjid, kami melajutkan perjalanan kami. Lisa yang merasa begitu kelaparan menyarankan kami untuk mencari warung. Tapi nihil. Ini masih jam 8 pagi. Akhirnya snack dari Alfamart pun diborong. Hmmm
Mobil terus melajut. Sebelum ke Bira, kami mengunjungi tempat pembuatan kapal. Tapi sayang tidak ada kapal yang sedang diproduksi di sana. Kemudian kami menyusuri pantai dan melewati pelabuhan. Perjalan yang kami lewati lumayan berliku-liku. Dan sampailah kami di Bira dengan membayar uang masuk sebesar Rp. 50rb. Kami legal menjadi pengunjung Bira. Setelah kami memarkirkan kendaraan kami, dan bersiap diri menikmati wahana yang ditawarkan.
Pantai Bira indah banget. Pasir putih dan laut birunya menyegarkan mata.

image

Semangat 45 kami masih membara. Wahana pertama kami adalah donat boat. Setelah pelambung siaga diikat di badan, kami langsung menaiki balon persegi berwarna merah-kuning tersebut. Tak lama kemudian, permainan dimulai. Serasa seperti terhempas-hempas karena hentakan-hentakannya, kami bertahan dengan memegang tali pegangan. Aku, Eka, Kimie dan Anto sangat menikmati permainan, tapi Lisa yang berteriak setengah girang dan setengah takut mengisi keceriaan kami. But it's OK. It's a fun game.
Setelah donat boat membangkitkan adrenalin kami. kami bersiap untuk snorkeling. Perahu kami naiki dan melajut ke tengah laut di tepi pulau. Kami menikmati snorkeling di pulau Kambing dan Liukang. Walau sedikit kesusahan karena tidak bisa berenang, aku sangat menikmati pemandangan bawah laut dengan ikan dan terumbu karang yang cantik.
Setelah puas dengan snorkeling, kami mengunjungi penangkaran penyu. Sambil menunggu pesanan mie instan dan kopi susu di cafe terapung, kami menyempatkan diri untuk berfoto-foto dan bermain dengan penyu-penyu yang ada di dalam kolam. Perjalanan singkat dengan wisata-wisata yang seru abiz..
Setelah perut terisi, kami memutuskan untuk kembali ke daratan. Beberapa detik turun dari kapal, Anto dan Eka mengajak kami untik menantang wahana banana boat. Kami yang kegirangan mengiyakan. Setelah siap sedia di atas banana boat, tidak lama kemudian balon pisang meluncur dan menghempas kami ke lautan. Kami pun bersusah payah untuk menaikinya kembali. Penghempasan di banana boat dilakukan sebanyak 3 kali sebelum permainan usai.
Satu kata "seru abiz"
Setelah menyudahi bermain-main dengan air, kami membersihkan diri dan bersiap menuju tempat selanjutnya, Apparalang. Setelah mencari-cari lokasi di aplikasi Waze dan bertanya dengan penduduk setempat, akhirnya kami tiba di lokasi yang dimaksud. Berbeda dengan Bira, jalan ke Apparalang tidak begitu mulus. Jalanannya belum di aspal dan hanya bisa dilalui 1 mobil.
Di Apparalang kami disuguhi dengan pemandangan tebing-tebing tinggi yang menemboki sepanjang lautan. Disana terdapat wisata climbing. Bagi siapa yang bernyali tinggi, bisa mencoba wahana ini. Dan di Apparalang Anto menyumbang sandalnya ke lautan yang memaksa dia untuk "nyeker" sepanjang jalan "sebagai kenang-kenangan" katanya.

image

Kali ini petugas pengemudi diganti dengan Kimie. Hari sudah sore. Kami mencari masjid untuk menjama' shalat Dzuhur dan Ashar kami. Setelah itu, Kimie membelikan sepasang sandal jepit untuk Anto. Tak jauh dari tempat kami shalat, kami singgah untuk mengisi perut yang belum terisi nasi dari pagi di sebuah resto pinggir pantai. Menu seafood kami pilih sebagai hidangan. Dengan perut yang kenyang, kamj menunaikan shalat Magrib dan menjama' Isya di masjid yang ada di seberang jalan.
Kami berniat untuk langsung kembali ke Makassar. Namun Eka menawarkan untuk mampir ke rumahnya di Jeneponto. Di rumah Eka, kami dihidangkan Konro Kuda. Dengan mata yang masih mengantuk dan kelelahan, kami mencicipi makanan khas jeneponto tersebut. Setelah itu kami pamit pulang karena hari sudah malam. Kimie mengemudi hingga ke perbatasan Takalar dan Gowa. Mobil berhenti disebuat SPBU. Anto menggantikan posisi Kimie dan perjalanan kembali di lanjutkan. Perjalanan panjang ke Makassar cukup melelahkan bagi mereka. Karena selain tenaga telah terkuras, mereka harus mengemudi dan mengembalikan 3 anak gadis (aku, Lisa dan Eka) ke tempatnya semula. Pukul 12 lewat kami tiba di kosan. Dengan kondisi yang kelelahan kami berpisah. Kimie dan Anto pun pulang.

Selagi masih muda, nikmatin hidup gak salah kan? Asal ibadah gak tinggal dan terus bersyukur.

Kemana lagi kita?

Bagi Steemian yang udah ke Makassar. Ayo bagikan cerita lainnya seperti kak @renajuliana89 yang udah berkunjung ke sana dan menceritakan pengalamannya. Ayo adek @ridharinaldi kak @jumaidafajar @Deshavitra @yusna1803
Main-main ke Makassar.

Ok Steemian. Sampai disini dulu.Jumpa lagi di next postingan saya.

Wassalam.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Hello, Thank you for sharing your experience, I'm a traveler as a photographer, I love your work, Hope we can be good mates in steemit as followers.

I love your work. you left me in a good mood!!!

Thanks. Nice to meet you. Hope we can be a good friend. Please follow my steemit. Thanks.

Saya gak sempat kesitu..

Someday...qe kan org jalan2..Insya Allah bs kesana.

Gak sempat ke tempat itu lah..semoga ada kesempatan main2 ke makassar lagi.

Iya kk..someday ya..

InsyaAllah di lain kesempatan