Kerbau Rawa, Penjaga Kesuburan Rawa Kuro Bangsal

in travel •  6 years ago  (edited)

Kerbau_rawa_bangsal_pampangan_agroekologi (3).JPG

Bukan hanya terampil berenang, tetapi bahkan mampu mencari makan sambil menyelam. Jenis hewan ternak ini telah beradaptasi dengan bentang alam (lansekap) alami di ekosistem rawa lebak yang nyaris selalu tergenang sepanjang tahun.

Nama resminya, Kerbau Pampangan. Satu dari tujuh kerbau asli Indonesia. Nama Pampangan berasal dari nama kecamatan dimana kerbau ini banyak dibudidayakan. Di antaranya di desa Kuro, Bangsal, Pulau Layang, dan desa Pampangan sendiri.

Sebagaimana pola peternakan tradisional di banyak wilayah Nusantara, hewan ternak ini lebih banyak dipiara sebagai “tabungan”. Bukan seperti pada peternakan modern yang dikhususkan untuk hewan potong rutin atau usaha perah susu.

Rata-rata, para peternak kerbau rawa Pampangan hanya menjual kerbau setahun sekali. Biasanya bertepatan dengan kebutuhan Idul Fitri atau untuk kurban di Idul Adha. Kerbau rawa juga diperah susunya, tetapi tak banyak, supaya tak mengganggu kebutuhan yang lebih berhak; anak kerbau.

Di wilayah Pampangan, susu kerbau diolah menjadi aneka produk turunan. Ada gulo puan (semacam karamel susu), sagon puan (karamel dengan tambahan telur), penjeum (semacam yoghurt), dadih (semacam mentega), dan minyak sapi (minyak goreng). Produk yang disebut terakhir, meminjam nama sapi, tapi murni hasil olahan susu kerbau. Kerbau punya susu, sapi punya nama. Minyak sapi ini paling enak untuk digunakan dalam membuat nasi minyak atau nasi samin khas Palembang.

Hal terpenting dalam budaya beternak kerbau rawa adalah fungsi sang kerbau dalam daur agroekologi lokal. Hewan ternak bernama latin Bubalus bubalis carabanesis berperan sebagai penjaga kesuburan alami. Contohnya, di desa Kuro dan Bangsal. Desa kerbau rawa yang paling kerap saya kunjungi.

Kerbau memiliki kebiasaan unik. Mereka tak mau kembali masuk ke kandang yang kotor. Hanya mau kembali ke kandang yang bersih. Karena itu para pemiara ternak atau disebut anak kandang rajin menjaga kebersihan kandang.

Selepas subu, mereka akan bekerja membersihkan kandang dari kotoran kerbau. Dengan sekop kotoran yang tersebar di lantai kandang diangkat dan ditumpukkan ke punggung kerbau. Barulah pintu kandang dibuka dan kerbau digiring ke wilayah penggembalaan.

Sepanjang perjalanan dari kandang ke wilayah penggembalaan, iring-iringan kerbau rawa akan melintasi rawa. Berenang, kadang menyelam. Perlahan, kotoran ternak di punggungnya akan tercuci. Larut, dan menyebar. Memperkaya kandungan hara di wilayah perairan. Menyuburkan bentos. Menghidupkan ikan-kan. Kelak ketika rawa mengering, terciptalah lahan subur yang siap ditanami. Yang memungkinkan para petani di desa ini menanam padi tanpa pupuk sama sekali.

Daur hara yang dibantu oleh hewan ternak ini menjaga kesuburan alami di desa Kuro dan Bangsal.

Kerbau_rawa_bangsal_pampangan_agroekologi (8).JPG

kerbau_rawa_bangsal (39).JPG

Kerbau_rawa_bangsal_pampangan_agroekologi (4).JPG

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Waktu saya kecil, salahsatu kegjatannya adalah “peurabee keubeu” (menggembala kerbau) dan kami sering banget membakar udang di perapian kandang.

Sebuah memory yang tak pernah bisa kita ulang lagi

wah... memorynya seru. Tak bisa diulang karena umur sudah jauh dari masa-masa itu, atau karena beternak kerbau sudah tak ada lagi, pak @jkfarza?

di sini pun bisa saja akan jadi memori kalau lansekap alamnya nanti tidak terjaga baik. tapi syukur, desa Bangsal terutama, masih menjadikan peternakan kerbau sebagai salah satu program unggulan desa, dan dibikin tata ruang untuk mempertahanakan zona kandang dan zona gembala.

Banyak sekali aneka produk olahan dari susu kerbau ya bang @syamar.
Coba kalau seandainya itu dikembangkan dan dijual ke pasar yang lebih luas, mantap itu bang hehehe.
Salam kenal dan sukses untuk abang @syamar

  ·  6 years ago (edited)

Produksinya lumayan, bang @aa31.

Rutin bahkan. Tapi masalahnya sederhana. Populasi kerbau rawa sudah tak banyak. Terutama akibat perubahan bentang alam asli desa yang berubah akibat alih fungsi lahan skala besar.

Salam kenal kembali, bang @aa31.

Wahhhh bahaya klo sampe populasi kerbau disana menurun ya bang. Butuh perhatian dan penanganan yang serius dari berbagai elemen masyarakat. Apalagi terkait dengan alih fungsi lahan itu bisa jadi masalah kalau tidak ada komunikasi dengan pihak2 terkait hehehe

Ikut bahagia karena tanahnya subur alami dengan bantuan kerbau. He he