[Sega Na Leqa #01] Levuka, Kota Serba Pertama yang Kini Tertidur

in travel •  6 years ago  (edited)

image

Levuka. Sebuah kota mungil. Nyempil di pulau kecil. Pulau Ovalau. Satu abad terakhir Levuka seolah tertidur . Padahal ia pernah menjadi kota paling modern pada zamannya. Kota paling "western" di Pasifik Selatan.

Saya sempat singgah ke sana pada tahun 2014. Di sela pekerjaan berbagi pengetahuan tani di Republik Kepulauan Fiji.

Tepat pada saat libur perayaan Paskah pada waktu itu. Berteman dengan satu sahabat baik. Erwin Rudiyanto (Alm). Cech Gentong. Begitu dia akrab dipanggil.

Fiji First

image
Levuka dikenal dengan julukan Fiji First. Segala yang pertama ada di sini. Hotel pertama, sekolah pertama, gereja pertama, toko-toko, restoran, dan lain sebagainya.

Semua bermula kedatangan para pedagang Eropa ke kawasan Pasifik Selatan. Levuka jadi pelabuhan. Persinggahan pelaut, tujuan pedagang, menarik minat pengusaha perkebunan. Mungkin beberapa gelandangan, pemabuk, pelancong, backpacker zaman old ikut membonceng.

Pelabuhan kecil di pulau mungil ini pun ramai. Jadi pemukiman permanen bangsa Eropa. Pedagang mendirikan toko, penginapan didirikan, dan fasilitas lain bermunculan. Jadilah ia pemukiman modern (baca: bergaya Eropa) pertama di wilayah Pasifik Selatan. Dari sebuah titik yang sunyi berubah jadi tempat yang gaduh oleh kapal dan pelaut.

Para pemimpin lokal kesulitan mempertahankan kendali. Raja Fiji "Tui Cakobau" menyerahkannya kepada Inggris. Fiji jadi koloni. Levuka dijadikan ibu kota pertama Fiji. Waktu itu 10 Oktober 1874.

image

Sebagai ibukota Negara ia tak lama. Hanya sampai tahun 1882. Karena keterbatasan ruang untuk kepentingan Inggris, ibukota pindah ke wilayah baru. Di pulau lain, Vitilevu. Kota Suva. Hingga saat ini ibukota menjadi ibukota Fiji yang sekarang sebuah republik.

Kota yang Tertidur

image

Kota yang semula sebuah bandar paling ramai, paling modern di Pasifik Selatan. Tempat kapal-kapal pedagang Eropa dan Australia berlayar dan berlabuh. Berakhir di ujung abad ke - 19. Kini seolah diam tak bergerak. Tidur.

Kini Levuka menjadi sebuah kota tua. Tak boleh banyak berubah. Jadi situs warisan dunia. Kena atur UNESCO. Bangunan lama tak boleh berubah. Bangunan baru tak bisa sembarang didirikan. “Izinnya ketat. Ketat banget!” kata Lidia, pengurus Royal Hotel yang menyempatkan diri berbincang ringan dengan kami ketika menginap di sana.

image
Saya sejenak di sana. Sama seperti Levuka yang tak bergerak. Karena datang di perayaan paska, semua orang libur. Toko-toko tutup. Rumah makan tak buka. Angkutan umum tak ada. Hotel pun tak dijaga. Lapar berdua, Cech. Untung ada tamu lain. Mereka bawa makanan. Kami ditawari. Berlagak tak lapar. Tapi, tangan masih ikut mencubit roti dan mencomot buah. Mulut ikut mengunyah.

Selama di sana, tak banyak yang dilakukan. Kota ini kecil. Satu dua jam, sudah keliling. Selebihnya kami tak kemana-mana. Santai sesantai Levuka.

Aih, sega na leqa!

Sumber foto dari koleksi pribadi dan Cech Gentong.

http://www.kembangdesa.id/2015/09/levuka-kota-yang-tertidur.html

https://www.kompasiana.com/cechgentong/57fc5e28d17a61be367ef855/menelusuri-levuka-ibu-kota-lama-negara-fiji?page=all

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

tempat gini paling cocok dijadikan tempat merenung atau menyendiri dari rutinitas sehari-hari nih, sepi

Betul, mbak @zefy.
Betul-betul untuk istirahat. Hehe

Menarik sekali. Nambah wawasan lagi 😆

Terima kasih, bung mrohmat.
Atas apresiasi dan resteem catatan kecil ini.

Sama sama😊

sejuknya lihat pemandangan yang tergambar, kayak na bikin betah nih buat hobiku yang senang dengan kesunyian

Pertama, selamaaaaaat mbak @ranesa. Barusan tadi malam dibicarakan, reputasimu sudah 45. Turut senang!

Kedua, iya. Levuka cukup sejuk walaupun kota pantai. Tapi hutan di belakang kota masih sangat bagus. Itu yang bikin sejuk kota sunyi ini.

Terima kasih Bang @syamar

Alhamdulillah pencapaianku sudah masuk tahap 1
semoga dimudahkan untuk pencapaian berikutnya