Di sebuah desa yang sangat jauh dari perkotaan, ada seorang anak muda dengan 6 bersaudara yaitu 3 laki-laki dan 3 perempuan. Anak muda ini merupakan anak ke-5 dari 6 bersaudara. Nama anak muda ini adalah Jono. Si Jono menempuh pendidikan di sekolah dasar di desa nya. Jono sebenarnya tinggal didusun dan perlu sekitar 28 menit untuk ke sekolah dengan berjalan kaki. Pada waktu sekitar tahun 2002 dimana jumlah kendaraan dikampung ini sangat minim sekali. Pada awalnya kisah si Jono sangat niat sekali untuk pergi ke sekolah dan orangtua biasanya memberikan uang Rp. 1000 untuk jajan. Hal buruk yang terjadi karena kebiasaan diberikan uang jajan, maka ketika orangtua tidak memberikan uang jajan, si Jono tidak mau berangkat sekolah dan akhirnya membuat Jono terpaksa harus tinggal kelas alias mengulang kelas 1 SD. Setelah berbagai motivasi dan nasehat yang diberikan orang tua dan keluarga, si Jono pun akhirnya ingin sekolah lagi. Niat dan tekadnya seakan-akan lebih besar dibanding pertama kali masuk sekolah, di akhir kenaikan kelas si Jono akhirnya bisa naik kelas dan memperoleh peringkat kedua dikelas.
Jono juga menempuh pendidikan SMP nya di desanya, namun jarak sekolahnya lebih sekitar 15 menit lagi dari SD nya. Jadi jika berangkat dari ke sekolah memakan waktu kurang lebih sekitar 43 menit jalan kaki setiap harinya. Jono memiliki motivasi yang tinggi dalam pendidikan, apalagi ketika dirinya sudah mulai menyukai pelajaran bahasa inggris. Jono termotivasi belajar bahasa inggris agar bisa pergi keliling dunia. Motivasi ini diberikan oleh seorang guru bahasa inggris, walaupun kelihatannya tidak semua orang yang bisa bahasa inggris bisa pergi keluar negeri, namun itu bukan menjadi penghalang bagi Jono untuk menyukai pelajaran bahasa inggris, baginya pelajaran ini sangat aneh dan menarik sehingga membuatnya lebih penasaran lagi untuk mengetahui bahasa baru.
Ketika lulus dari SMP, Jono melanjutkan sekolah ke SMA dimana sekolah ini hanya berada di kota sehingga pada waktu ini Jono harus meninggalkan keluarga di desa untuk melanjutkan sekolah. Di kota, Jono harus berjuang agar bisa bersekolah dengan baik dan mendapatkan tempat tinggal yang layak untuknya. Dan akhirnya Jono tinggal dan bekerja ditempat orang cina. Jono harus bangun jam 4 pagi untuk pergi ke warung dan kemudian mandi dan siap-siap berangkat sekolah sekitar pukul 6 pagi. Sekolah jono masuk pukul 6:45 pagi sementara jarak dari warung ke sekolah sekitar 30 menit jalan kaki. Jono pulang sekolah pukul 1 siang dan kemudian harus makan siang dan pergi ke warung untuk bekerja sampai pukul 5 sore dan makan malam. Jam 6 Jono harus kembali ke warung untuk bekerja dan bisa pulang sekitar pukul 8 malam, jika malam minggu kemungkinan bisa pulang lebih malam yaitu sekitar pukul 11 atau 12 malam. Inilah rutinitas Jono selama tinggal bersama orang cina. Hidupnya sudah disiplin sejak saat itu.
Karena cita-cita dan niat serta tekad untuk memperoleh pendidikan lebih dalam lagi, akhirnya saat yang harus mengorbankan segalanya yaitu harus pergi lebih jauh lagi dari keluarga. Jono melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di salah satu universitas di Yogyakarta dengan mengambil program studi bahasa inggris yaitu sesuai dengan cita-cita nya sejak SMP untuk menguasai bahasa asing. Jono harus berpisah dari keluarga didesa bahkan pada saat ini dia berada diluar pulau. Keluarganya berada di pelosok Kalimantan. Masa perkuliahan di universitas segera akan dimulai beberapa hari kemudian dan tentu Jono sudah memsiapkan dirinya untuk kuliah perdana. Namun nasib buruk berkata lain. Seorang Ibu yang sangat dicintainya yang selalu mendukungnya dalam segala hal bahkan selalu memberikan yang terbaik untuknya harus pergi meninggalkan keluarga untuk selama-lamanya. Handphone bordering pagi-pagi buta dan mengabarkan si Jono untuk pulang kekampung halamannya karena ibunya meninggal. Rasa sedih dan amarah berkecamuk didalam hati sehinigga sampai tidak bisa meneteskan air mata. Ditinggal orang yang sangat dicintainya bukan membuat tekad dan cita-cita redam namun malah membuat motivasinya lebih tinggi untuk membuktinya kepada ibunya bahwa ia bisa menjadi anak yang berhasil dan membanggakan.
Dalam masa perkuliahan tentu banyak tantangan dan masalah yang datang silih berganti dan apapun profesi seseorang pasti tidak akan bisa menghindar dari yang namanya masalah. Jono sangat aktif juga berkegiatan didalam kampus dan luar kampus. Diluar kampus, Jono mengikuti sebuah komunitas rohani yang dapat membimbingnya menajdi orang yang lebih baik. Jono juga sangat senang bergabung dikomunitas ini, selain meningkatkan spiritualitas iman, juga bisa membantu dalam menjalani hari-hari yang lebih baik lagi. Dan suatu yang didamba-dambakan oleh Jono pun tiba. Mewaliki kaum muda dari komunitas ini dan juga mewakili dari Indonesia, Jono diminta untuk pergi bersama anggota komunitas lainnya untuk menghadiri pertemuan kaum muda di Manila, Filipina. Pertemuan ini adalah pertemuan yang diadakan 5 tahun sekali oleh komunitas ini dimana yang hadir adalah kaum muda dari berbagai penjuru dunia. Dua tahun setelah pertemuan itu, Jono juga diminta untuk menghadiri pertemuan Life’ Journey di Thailand.
Apa yang terjadi ini sebenarnya bukanlah sebuah keberuntungan atau kebetulan semata, namun karena niat dan tekad dari awal yang bisa membawanya menjadi seperti saat ini. Mungkin Negara yang dikunjungi masih Asia tapi Jono sudah sangat bersyukur kepada Tuhan setidaknya seorang pemuda desa yang berasal dari keluarga sederhana bisa kuliah di luar pulau dan bahkan bisa pergi keluar negeri. Hal itu bukan untuk menyombongkan diri, tetapi itu adalah bentuk anugerah dan rahmat atas perjuangan yang telah dilaluinya.
(Based on true story)