Pada kesempatan kali ini saya akan me-review buku acehnologi yang terdapat dalam bab 28, yaitu tentang Tradisi Berguru Di Aceh. Bagaimana yang kita tau bahwa tradisi berguru di aceh diperoleh dengan dua cara yaitu pendidikan sekolah sampai perguruan tinggi dan ada dengan cara pesantren atau dayah. Dalam hal berguru tentu tidak luput dari pada orang yang memberikan ilmu, ya tentu saja seorang guru yang senang tiada memgajari semua yang ia tau kepada orang yang diajarkan.
Selain guru tugasnya mengajarkan mereka juga bisa menjalin hubungan dengan seorang murid yang ia ajarkan. Dimana tidak jarang kita melihat seorang murid membantu sebagian pekerjaan gurunya, kerena ia paham betul akan keberkatan ilmu yang gurunya ajarkan.
Bisa dikatakan tradisi meugure(berguru) di aceh memang menjadi suatu nafas kehidupan rakyat aceh. Kerena seseorang dianggap berguna dan berfungsi dalam masyarakat, jika ia sudah meugure terlebih dahulu kepada seorang ulama atau guru, baik di dayah atau di madrasah.
Bagi orang aceh dayah merupakan pusat ilmu pengetahuan, sistem yang berkaitan langsung dengan agama islam. Banyak santri atau santriwan yang ada di aceh bahkan melebihi mahasiswa yang ada di perguruan tinggi.
Banyak faktor yang membuat dayah sangat dominan di aceh, ada dari faktor ekonomi, yang mana kebayakan orang tua memberikan anaknya ke dayah karena orang tua si anak sudah tidak mampu lagi membiayai pendiidkan si anak ke perguruan tinggi. Namun ada faktor lain juga yang mana orang tua si anak ingin anaknya menjadi seorang tengku atau ulama di masa depan. Ada juga karena faktor keinginan dari seorang anak itu sendiri yang ingin mondok di dayah dengan cita-cita menjadi seorang pendakwah.
Patut kita garis bawahi bahwa ulama-ulama di aceh semua besar di dayah, mereka menjadi penerang bagi masyarakat aceh. Mungkin tampa para ulama-ulama aceh tidak mungkin jadi seperti yang kita lihat sekarang ini. Semua butuh perjuangan dari awal kita dijajah sampai saat ini kita hidup bebas semua berkat para ulama.
Yang ingin saya paparkan bahwa begitu kentalnya tradisi berguru di aceh, baik di dayah atau pasantren maupun di sekolah atau perguruan tinggi. Setiap jejang ilmu memiliki perannya masing-masing tidak ada yang salah apa yang kita pilih dalam hal berguru. Baik kita berguru ke pada seorang tengku atau kepada seorang dosen itu sama saja, yang kita ambil itu keberkatan dari pada ilmu yang mereka ajarkan. Asalkan ilmu itu bermanfaat kenapa tidak, sekalipun ilmu yang kita dapatkan dari seorang bocah yang masih kecil pun tak apa-apa.