Bunga yang gugur kelopaknya, bukanlah hal buruk. Ia hanya harus menghadapi salah satu fase kehidupannya. Karena bunga baru akan terus bermunculan setelahnya. Seperti itulah prinsip yang kupegang, anti galau. Masa lalu, lewat!
Telah lama aku melanglang buana ke negeri orang. Jauh dari keluarga. Anggap saja seperti burung yang terbang mencari makan untuk anaknya. Bedanya aku pinjam sayap Garuda Airways. Seringkali lewat messenger atau WA, aku sempatkan bertukar kabar dengan sang buah hati.
"Bun, apa nggak kangen sama aku?" goda anak semata wayangku tanpa dosa. Nadanya halus tapi sebenarnya seperti palu memukul keras jantung ini.
"Yo kangen to, Nak," sahutku menanggapi, tapi belum puas membalas lagi,"masa iya ibu harus menangis, cakar-cakar tembok untuk menunjukkan rasa kangen. Begitu?" Suaraku berubah gaya Syahrini.
"Ah ha ha ..., haduh Bunda gokil," gelaknya melumerkan suasana. Aku pun geli sendiri.
"Sudah, sudah! Ingat ya, jangan tanya kangen lagi kalau telepon Bunda. Nyesek, Bro," pesanku.
"Baik, Bunda. Lain kali kutanya tembok saja ya," protes gaya humornya keluar.
"Haist! Ganti topik!"
"Pasti soal nilai pelajaran, kan?" tebaknya.
"Trus?"
"Ah ha! Tanggal 28 Februari ikut kompetisi lagi, Bund," nada semangatnya
"Semoga menang, Nak. Semangat!"
"Aamiin. Eh iya, Bun, Anu ... uang saku sudah menipis, he he he," ujarnya terdengar malu-malu.
"Et dah, bunda mah sudah tahu jadwal kirim. Oh iya kebetulan banget semalem ibu pesan baju buat band kalian. Sebentar ibu kirim photonya."
"Huaaaah! Alhamdulillah! Terima kasih Bundaku. My best Bunda ever!" teriaknya girang.
"Terima kasih sama Allah. Itu uang dari hasil menang lomba photography di Taipei kemarin. Berkat doa mu juga, Nak," timpalku haru. Andai dia lihat mataku yang berkaca-kaca. Ah yang penting semoga dia tetap sholeh dan tidak terjerumus pergaulan tidak baik. Mendukung dan mendoakannya, hanya itu yang mampu aku lakukan selama di rantau. Lalu,"Eit! tapi janji untuk rajin ibadah dan belajar!" sambungku mengingatkannya.
"Insyaallah, Bun. Yusuf nggak akan lupa," janjinya. Lamat-lamat terdengar adzan, mungkin dari masjid dekat rumah kami, "Bun, sudah waktunya isyak. Terima kasih ya, Bundaku. Jaga kesehatan di sana. Assalamualaikum." Suluk salamnya.
"Waalaikumsalam," jawabku menutup obrolan.
Begitulah keakraban kami. Menjadi pendengar dan pemberi solusi di setiap permasalahannya, salah satu jembatan penting selama terpisah jarak.
Kupandangi potret masa kecilnya yang menggemaskan. Ia menjadi penyulut api semangat dalam langkah hidupku.
Sebentar di messengger ada pesan masuk dari kakakku.
'Alhamdulillah, Dik, kambingmu beranak lagi.👍👍👍👍👍. Dan sawah juga sudah siap mau tandur* lagi' isi smsnya.
'Alhamdulillah. Allahuakbar! Lahaula wala quwwata ilabillah!' Aku mengetiknya penuh haru. Suntikan semangat untuk menetapkan hati melanjutkan bisnis ternak kambing saat selesai kontrak kerja, semakin bulat. Tak perlu muluk impian. Hidup damai dan istiqomah adalah tujuan utama kepulanganku ke Indonesia.
"Nah, sekarang saatnya aku menuliskan ini untuk ikut Contes Ultah @popon. Berbagi dengan sahabat Steemians. Semangat! Semangat!" bisik batinku.
Senyum tak bisa berhenti saat mengetik dan share photo-photo dari galeri. Tak kupedulikan lagi air mata haru yang membasahi pipi. Dunia harus tahu kisah pekerja Indonesia di luar negeri, tidak selamanya buruk. Perjuangannya menghadapi budaya yang jauh berbeda dengan kampung halaman juga sudah kutuangkan dalam novel perdana. Kutatap buku yang tinggal satu eksemplar di meja, berjudul Asmara Suatu ketika. Kuhirup udara kelegaan membayangkan memori berapa sempitnya waktu yang kugunakan untuk menulis lembaran
kisah itu. Satu tahun lamanya.
Kubuka galeri dan menemukan novelku ada ditangan orang penting dari KDEI*
Sampai detik ini tak kan pernah menyerah. Kini fokus dengan proyek baru, novel baru. SEMANGAT
Note: Tandur = menanam dalam bahasa jawa.
KDEI. = Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia
Taipei, 31 Maret 2018
Happy Birthday to @popon
Best wishing from me
@bundaumy
Semangat Bunda!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih Sayang, @ettydiallova
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Cerita yg mnyentuh, pasti dari kalbu. Ini yang dilombakan? Wish you the best @bundaumy
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terima kasih doa dan dukungannya saudara @manoegra. Jia yo!!!
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Subhanallah Bund, , menginspirasi. 😊
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Alhamdulillah @bnew72 terima kasih dukungannya.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit