Usher Kampungan in Action

in we •  6 years ago 

Seperti biasa, saya sedang kerja. Tapi kali ini saya tidak sedang berada di kantor, melainkan membantu mempersiapkan acara talk show di @america mengenai unlocking the potential youth entrepreneurship in generating employment. Acara tersebut dilaksanakan pukul 14.00 – 16.00 WIB di Pacific Place lantai 3.
Berangkatlah saya beserta 4 lainnya menggunakan taksi BB jenis Avanza menuju ke sana dengan menggunakan pakaian seragam batik milik kantor.
Di dalam perjalanan, sepertinya AC nya tidak terasa, hanya angin saja yang berhembus dari lubang AC. Teman saya yang di depan nyeletuk, Pak, ini AC nya kok panas ya? Dijawab oleh driver nya, gak tau mbak, biasanya gak gini. Karena saya duduk di tengah, maka saya memperhatikan indikator AC yang sedang di utak atik oleh si bapak driver itu. Ternyata ia garis indikator nya kecil, itu menandakan bahwa dia mengatur dengan suhu kecil sehinga tidak terasa. Jangankan yang di belakang, untuk penumpang di depan aja tidak terasa. Tapi ya sudah lah. Sebentar lagi juga akan sampai, pikirku sambil berbincang-bincang untuk membunuh waktu.
Setibanya di Pacific Place, saya hanya mengikuti kemana mereka berjalan, soalnya saya juga baru pertama sekali datang ke tempat itu. Ternyata itu adalah salah satu mall besar yang ada di Jakarta.
Bagi yang pernah kerja di USAID funded project, maka minimal akan mengalamai apa yang saya rasakan ketika mereka datang ke kantornya USAID atau sub contractor dan kawan-kawan nya. Atau mungkin tidak? Yang saya alami adalah security check nya itu banyak sekali, mulai dari pintu baja yang kokoh ketika masuk, trus ada x-ray check, administrasi yang sangat “jelimet”. Karena datangnya lebih awal setengah jam, maka kami belum boleh masuk ke dalam ruangan studio talk show sebelum jam 1300. Yang terjadi kemudian adalah, kami menitipkan semua barang bawaan dan kemudian keluar untuk menunggu jam 1300.
Oh ya, sebelumnya saya ingin memberitahukan bahwa saya diberikan tugas sebagai usher (penerima tamu) bersama dengan Pak Vicky dan juga Ibu Cath karena ada beberapa nara sumber dan peserta yang berasal dari luar kota. Jujur saja saya tidak kenal orang-orang terkenal itu, bahkan dikasih foto pun masih tidak bisa mengenali mereka, soalnya di mall kan bukan hanya tamu kita saja yang datang. Banyak tamu tak di undang lainnya yang datang karena mall itu kan memang untuk semua orang. Tapi saya pikir bahwa para nara sumber dan peserta dari luar kota itu pasti akan berpikiran sama dengan saya, nanti bagaimana saya tau ada acara, trus siapa panitianya? Kan mall nya juga sangat luas. Baiklah, saya akan tunggu di lobby. Tapi saya juga bingung, nanti para tamu saya itu nanti masuk dari lobby sebelah mana? Dari barat atau dari Timur? Dalam kebingungan saya, akhirnya saya bertemu dengan Pak Vicky di Lobby sebelah Barat. Ah syukurlah, minimal pak Vicky kenal dengan beberapa dari mereka. Ibu Cath kemana? Ah saya juga tidak tahu.
Menatapi semua orang yang sedang masuk ke mall, tiba-tiba telpon saya berdering pertanda bahwa ada telpon masuk. Dan itu adalah teman akrab saya. Kemudian saya angkat, dia nanya,
KW: lagi ngapain bang?
ME: Ah aku lagi di mall.
KW: Wah gawat ni, abang makan gaji buta. Jam segini udah jalan-jalan ke mall.
ME: Eh aku lagi kerja, serius ini.
KW: Mana ada aku percaya bang, gak usah bohong bang
Kalau dipikir-pikir, teman ku juga tidak salah. Jika itu terjadi padaku, maka aku akan berpikiran sama bahwa jika ada orang yang sedang berada di mall siang hari, kemungkinan besar adalah dia sedang makan siang atau dia sedang belanja atau minimal jalan-jalan, kecuali emang dia bekerja di salah satu gerai yang ada di dalam mall atau sebagai manajemen mall.
Setelah menyelesaikan percakapan yang ringan dengan temanku, akhirnya aku kembali bekerja menjadi usher. Aku berdiri persis di depan outlet mobil McLaren sporty. Sepertinya itu McLaren 570S dan harganya mungkin saja Rp 2.5M. Ingin rasanya mengambil foto selfie di depan outlet berkaca tersebut dengan tiga warna yang berbeda yaitu kuning, hijau, hitam dan putih. Oh berarti empat ya.
Masalahnya saya malu, bahkan menyuruh pak Vicky untuk mengambil foto saya juga tidak berani. Akhirnya saya urungkan niat itu. Dengan agak setengah berlari, tiba-tiba Pak Vicky menghampiri sekelompok orang dan langsung menyapa” Pak Poer”, lewat sini pak. Kemudian dibalas oleh Pak Poer “eh Pak Vicky” lewat mana ini? Oh iya pak, acaranya di lantai 3, Bapak akan di antar oleh Mas Fuadi. Oh injih pak, matur suwun, dibalas oleh Pak Poer.
Mulailah saya mengambil peran “usher in action”. Mari pak saya antarkan. Lalu mereka bertiga mengikuti saya. Baru tiga langkah berjalan, mereka dengan Bahasa jawa yang kental langsung merogoh saku celana untuk mengambil HP android dan ceklak ceklek mengambil beberapa foto. Seseorang diantara mereka yang hanya memiliki satu tangan itu berdiri persis di depan mobil McLaren kuning yang saya incar tadi. Alah mak, aku gigit jari saja lah.
Setelah mereka puas dengan beberapa gambar yang di dapat, akhirnya aku mempersilahkan mereka menuju ke eskalator. Salah satu dari mereka protes. “Mas, jangan pakek escalator dong, saya tidak bisa, nanti saya terjungkal ke belakang”. Saya kaget dengan pernyataan itu. Lho kenapa? Tapi langsung saya sadar dan minta maaf. Ternyata saya kurang sensitive dengan kondisi fisik mereka. Saya sedang menjadi penerima tamu dan tamu yang saya bawa adalah disabilitas.
Akhirnya saya membawa mereka untuk menaiki lift yang tersedia agak jauh dari escalator. Sambil menemani mereka saya bertanya-tanya: “bapak darimana? Oh kami dari Solo mas. Jam berapa tadi kemari? Kami naik pesawat pagi mas”. Sambil jalan mereka tetap saja memotret hal-hal yang mereka anggap penting untuk di potret. Akhirnya saya sampai ke ruang studio dan disambut langsung oleh Chief of Party alias bos besar saya. Setelah itu saya kembali turun ke bawah dan melakukan hal yang sama untuk beberapa tamu undangan lainnya.
Acara pun dimulai dan saya duduk di sudut studio. Diskusi demi diskusi berlangsung, akhirnya saya baru sadar bahwa orang yang foto di depan McLaren tadi itu adalah atlit bulutangkis Namanya adalah Suryo Nugroho (peraih medali 1 emas dan 2 perak pada Asian paragame 2018 di Jakarta).
Dan yang tak kalah takjubnya saya adalah orang yang protes jangan pakai escalator tadi adalah Joko Murtanto atau biasa dipanggil Jaka Balloeng, illustrator lepas menggunakan Microsoft words dengan arthrogryposis (Penyakit yang menyerang sendi dan otot) sejak lahir. Karya lukisan nya sudah sangat banyak. Beliau juga yang membuat lukisan kepada para nara sumber sebagai kenang-kenangan untuk mereka. Selain itu, Mas Jaka juga memiliki suara emas. Lagu Hampa karya Ari Lasso menjadi magnet tersendiri bagi para pengunjung yang ada di studio @america tsb. Wow, luar biasa.
Dibalik semua itu, saya merasa bangga bahwa saya pernah berjalan berdampingan Bersama orang-orang hebat tersebut meski saya tidak sempat mengambil foto. Mudah-mudahan mereka ingat bahwa ketika menceritakan tentang perjalanannya ke @america, mereka juga menceritakan tentang kejadian anak muda yang tidak sensitive terhadap kondisi bahwa sudah demikian masih saja diajak naik escalator, “gendheng anak muda itu”.
Acarapun selesai, semua senang dengan senyum sumringah ditambah dengan foto bareng di segala sudut ruangan. Selaku panitia, maka saya juga bertugas untuk memastikan bahwa tidak ada barang kantor yang tertinggal di ruangan tersebut. Bersama teman-teman kita membawa masing-masing barang sedapatnya. Menuruni 2 escalator, barang bawaan dijinjing kiri dan kanan. Kami berempat, tiga diantaranya cowok (Adi Hartono, Rohmat Hidayat, dan saya) dan satunya pastinya cewek (Lili Dharmayanti). Kami bertiga menggunakan pakaian seragam batik, sementara Mbak Lili menggunakan pakaian biasa. Kecuali mbak Lili yang hanya membawa map dan juga tas tangan, yang lain penuh dengan barang bawaan. Ditambah lagi, mbak Lili merasa bahwa dia menjadi ratu yang dikelilingi dayang-dayang nya untuk membawakan “barang belanjaan” nya yang dibeli dari mall. Berjalan di depan dan kami para dayang-dayang mengikutinya dari belakang.
Sambil berjalan, pandanganku melihat kiri dan kanan, Ada gerai PRADA, BVLGARI, HERMES, NIKE, dan merk terkenal lainnya. Bisa dibayangkan kalau orang yang keluar dari sana itu mereka juga menjinjing barang bawaan nya. Tapi Itulah bedanya dengan kami. Mereka dengan bangga menjinjing barang bawaannya, karena sudah tertulis label-label yang secara otomatis mengangkat harkat dan martabat nya. Begitu melihat ke jinjingan sendiri, ternyata sangat jomplang, yang kami jinjing adalah 60 pcs snack boxes (Jajanan) yang tersisa dari acara @america terikat dengan rapi dengan tali rapia berisikan 10 boxes per ikat nya. Jadi setiap orang menjinjing 20 snack boxes. Semua orang melihat barang bawaan kami dan kami pun menertawakan diri sendiri karena sang ratu datang ke mall pacific place hanya membeli jajanan dan dijinjing oleh para dayang-dayang, what a crazy rich papua.
Tapi tenang, kami tetap berbagi kepada sesama. Karena tidak untuk dibawa pulang ke kantor. Jadi Saya memberikan 10 pcs kepada karyawan yang bekerja di toilet mall, sisanya saya berikan kepada penjaga kosan dan juga abang go-jek yang biasa nongkrong di depan kos an saya. Mudah-mudahan itu juga dilakukan oleh teman-teman saya yang lain.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Congratulations @muhammadfuadi! You have received a personal award!

1 Year on Steemit
Click on the badge to view your Board of Honor.

Do not miss the last post from @steemitboard:

SteemFest³ - SteemitBoard Contest Teaser
The new Steemfest³ Award is ready!

Support SteemitBoard's project! Vote for its witness and get one more award!

Congratulations @muhammadfuadi! You received a personal award!

Happy Birthday! - You are on the Steem blockchain for 2 years!

You can view your badges on your Steem Board and compare to others on the Steem Ranking

Vote for @Steemitboard as a witness to get one more award and increased upvotes!