Binding the Meaning of Day with Poetry | Mengikat Makna Hari dengan Puisi |

in writing •  7 years ago 

Mengikat Makna Hari Dengan Puisi: #AyoMenulis

By @ayijufridar

Setiap saat setiap hari penuh arti, penuh dengan peristiwa yang menginspirasi. Tetapi manusia adalah makhuk rutinitas dan rutinitas adalah lahan subur bagi kebosanan dan lahan gersang bagi inspirasi yang butuh variasi serta kejutan tak terduga.

Sebuah ide atau inspirasi terkadang muncul berupa letikan sesaat yang bisa hilang dalam sekejap. Sebuah peristiwa yang penuh makna, bisa jadi melekat di hati tetapi lepas dari ingatan sehari kemudian. Kalaupun masih ada bagian yang tersisa, terkadang hanyalah potongan fakta dalam gambar samar, kalau bukan sebuah gambaran yang meragukan. Sebulan berlalu, gambar itu pun lepas dari ingatan.

Seperti kata Ali bin Abi Talib, ikatlah ilmu adalah dengan menulis. Mengikat ide setiap hari bisa juga dengan menulis puisi. Setiap peristiwa yang menggugah hati dan pikiran, dituangkan dalam bentuk puisi. Setiap diksi memiliki makna yang dalam dan panjang. Satu kata memiliki seribu makna. Barangkali mewakili satu bab kisah.

Satu diksi menjadi karpet merah bagi ingatan yang rapuh. Ia adalah pemantik untuk membakar seluruh konstruksi peristiwa yang menginspirasi. Seperti potongan puzel, menemukan diksi yang tepat adalah upaya mendapatkan puzel untuk mengumpulkan lagi keutuhan sebuah ide, sebuah peristiwa. Barangkali tak persis sama, tetapi bisa jadi ide yang direkonstruksi ulang dari sebuah puisi akan indah ketika dituangkan menjadi sebuah tulisan. Tidak menjadi masalah bila ada fakta yang hilang atau terdistorsi, sebab kita memang bukan sedang menulis sebuah biografi.

Tapi, saya bukan penyair

Semua orang bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa menulis puisi. Saya juga bukan penyair meski sering menulis puisi dan semakin sering lagi setelah memiliki akun di Steemit. Penulis top Indonesia asal Aceh, @teukukemalfasya sejatinya juga bukan seorang penyair. Tetapi ia juga menulis puisi dan mengirimkannya ke media massa. Barangkali menulis puisi adalah caranya mengasah kepekaan nurani, atau menulis puisi merupakan bentuk pendalaman perenungan terhadap segala sesuatu, atau @teukukemalfasya punya tujuan lain, hanya dia yang tahu. Peneliti Indonesia, Mochtar Pabottinggi juga menulis puisi, demikian juga dengan anggota Dewan Pers Indonesia yang juga putra Aceh, Nezar Patria.

Bait puisi dbangun dengan makna denotatif (makna sebenarnya) dan konotatif (arti kiasan). Banyak teori menulis puisi, tetapi saya jarang membacanya. Cara belajar menulis puisi menurut saya adalah dengan langsung menuliskannya. Apakah puisi itu memiliki makna dalam, kering, diksi yang kacau, saya tidak pernah memusingkannya. Bisa jadi makna sebuah puisi di pikiran pembaca akan berbeda dengan makna yang dimaksudkan penulisnya. Itu pun bukan persoalan sebab setiap orang bebas menerjemahkan makna sesuai pengalaman, suasana hati, dan pikiran masing-masing.

Tiga manfaat

Mengikat hari dengan puisi setidaknya memiliki tiga manfaat. Pertama, untuk mengikat ide atau peristiwa penting agar tidak lepas dari akar ingatan. Kedua, sekalian belajar menulis puisi dan memilih diksi yang tepat untuk sebuah makna. Dan ketiga menambah perbendaharaan kata. Untuk melipatgandakan ketiga manfaat tersebut, menulis puisi juga harus didukung dengan kegiatan membaca puisi.

One day, one poetry

Saya pernah belajar menulis puisi dari beberapa penyair, baik langsung maupun melalui karyanya. Salah satu penyair yang saya anggap guru adalah Sulaiman Juned, penyair Aceh yang kini dosen di Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang, Sumatera Barat. Ketika Bang Soel (panggilan akrabnya), masih tinggal di Banda Aceh, saya pernah menumpang di rumah kosnya dan di situlah proses pembelajaran berlangsung.

“Belajarlah menulis puisi setiap hari dan dapatkan inspirasi dari mana saja. Kalau bisa, ayam lewat pun bisa menjadi ide menulis puisi.”

Itu nasihat ekstrem yang masih saya ingat sampai sekarang. Guru menulis puisi saya itu memang hebat, tapi saya adalah murid yang gagal.

Kalau ayam melintas saja bisa menjadi ide, maka alangkah banyaknya puisi yang bisa ditulis setiap hari. Begitu banyak ide menarik, peristiwa penting yang kita alami, kita lihat, kita dengar, kita baca, kita rasakan. Kalaupun tidak sempat mengikat semuanya dalam puisi, minimal bisa lahir satu puisi dalam satu hari.

Mulainya hari ini; satu hari satu puisi, maka tanggal 31 Desember 2018 ada 365 puisi dan setiap hari menjadi lebih berarti sekaligus membuatnya tetap abadi dalam dunia yang fana.[]



Source


Binding the Meaning of a Day With Poetry: #AyoMenulis_18

By @ayijufridar

Every moment of every day is full of meaning, filled with inspiring events. But humans are a habit of routine and routine is a fertile ground for boredom and arid land for inspiration that requires unexpected variations and surprises.

An idea or inspiration sometimes comes in the form of a momentary whirring that can disappear in an instant. A meaningful event, it may be embedded in the heart but out of memory one day later. Even if there are still parts left, sometimes they are just pieces of facts in a vague picture, if not a dubious picture. A month passed, the picture was out of memory.

As Ali bin Abi Talib says, tie up knowledge is by writing. Binding ideas every day can also write poetry. Every event that inspires the heart and mind, is poured in poetry. Each diction has a deep and long meaning. One word has a thousand meanings. Perhaps representing a chapter of the story.

One diction becomes a red carpet for fragile memories. It is the lighter to burn the entire construction of inspiring events. Like a puzzle piece, finding the right diction is an attempt to get the puzzle to collect again the unity of an idea, an event. Probably not exactly the same, but it could be that the reconstructed idea of a poem would be beautiful when it was poured into a writing. It does not matter if facts are lost or distorted, because we are not writing a biography.

But, I am not a poet

Everyone can writing, but not everyone can write poetry. I am not a poet, though, often writing poetry and more often after having an account at Steemit. Indonesia's top writer from Aceh, @teukukemalfasya is also not a poet. But he also wrote poetry and sent it to the mass media. Perhaps writing poetry is a way of sharpening the sensitivity of conscience, or writing poetry is a form of deepening of contemplation of everything, or a means to have another purpose, only he knows. Indonesian researcher Mochtar Pabottinggi also wrote poetry, as well as members of the Indonesian Press Council who are also Acehnese son Nezar Patria.

The verse of poetry is built with the meaning of denotative (true meaning) and connotative (figurative meaning). Many theories write poetry, but I rarely read them. How to learn to write poetry in my opinion is to directly write it. Does the poem have deep, dry, confused meanings, I never bothered him. It could be that the meaning of a poem in the reader's mind will be different from the intended meaning of the author. That is not the issue because everyone is free to translate meaning according to their experiences, moods, and thoughts.

Three benefits

Binding the day with poetry has at least three benefits. First, to bind important ideas or events so as not to get out of the roots of memory. Second, all learn to write poetry and choose the right diction for a meaning. And the third adds to the vocabulary. To multiply these three benefits, writing poetry must also be supported by reading poetry.

One day, one poetry

I have learned to write poetry from some poets, both directly and through his work. One of the poets I consider a teacher is Sulaiman Juned, an Aceh poet who is now a lecturer at the Indonesian Art Institute (ISI) Padangpanjang, West Sumatra. When Bang Soel (his nickname), still living in Banda Aceh, I once stayed at his boarding house and that's where the learning process takes place.

"Learn to write poetry every day and get inspiration from anywhere. If possible, passing chicken can be an idea to write poetry. "

That's the extreme advice I still remember until now. The teacher wrote my poem was great, but I was a failed student.

If a chicken passes by it can be an idea, then how many poems can be written every day. So many interesting ideas, important events we experience, we see, we hear, we read, we feel. Even if you do not have time to tie everything in poetry, at least one poem can be born in one day.

Start today; one day a poem, then December 31, 2018 there are 365 poems and every day becomes more meaningful while keeping him immortal in a perishable world.[]



Source


Badge_@ayi.png

DQmNuF3L71zzxAyJB7Lk37yBqjBRo2uafTAudFDLzsoRV5L.gif

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Empat paragraf awal mewakili pikiran dan pengalaman saya. Kadang lepas begitu saja. Lepas dari tangkap, ditangkis rembulan dan siang...

Padahal seorang @teukukemalfasya memiliki banyak jerat di hati dan pikirannya untuk memerangkap ide. Ke manakah jerat itu tersebar? Apakah ke jejak-jejak Gal Gadot sang Wonder Women, atau ke ide-ide brilian yang bertebaran di sepanjang hari? Ataukah Gal Gadot itu ide yang harus dijerat?

Benar sekali bg @ayijufridar katakan di postingan, tapi, kita harus mengasah kemampuan kita kepada yang ahli membuat puisi. Supaya Puisi yang kita buat tidak amburadul.

Belajar dengan banyak cara @cakphotography. Dengan berguru langsung atau dengan membaca karya orang lain. Di sini, menulis puisi bukan sekadar untuk puisi, tetapi untuk mengikat ide yang

Iya benar sekali, dengan berguru langsung insyaallah kita pasti bisa ya bg. Intinya tetap belajar.

Satu hari satu puisi, luar biasa

Bukan perkara sulit @bangjuh.

Menulis itu harus ada guru nya,,
Pemula harus belajar dengan senior,, mantap bang @ayijufidar

Terima kasih @bosjel. Di Steemit, kita bisa belajar bersama.

Mengawali pagi saya dengan membaca tulisan bang @ayijufridar #Ayomenulis sebuah ajakan persuasif...terima kasih bang.

Long Bang @ayijufridar lansong manteng lon belajar lam ruang kerja droen,,, hahaha,,,

Nyoe puisi lon pih hana cakap @safwaninisam. Payah meu gure bak @musismail, penyair Aceh di Jakarta. Teuma bak tajak u Jakarta han jeut ta peugot judul SPPD; Belajar Menulis Puisi pada Penyair Mustafa Ismail. Langsong jeut keu temuan

Haha....

Matahari tak pernah ingkar janji, berucap keindahan pada setiap hati, bahagia bukan hanya diberikan nikmat, memberikan semua yang sudah diberikanNya adalah syukur yang sangat dahsyat. Andai semua mengerti betapa beruntungnya manusia diberikan kemampuan untuk berkata dan memiliki kebebasan untuk memilih kata.

Setiap kata yang kita tuliskan, setiap kata yang kita ucapkan, akan diminta pertanggungjawaban nanti. Hati-hatilah memilih kata, apalagi kata cinta. Tapi khusus untuk @mariska.lubis, saya tak pernah memilih kata. Katalah yang memilih dirinya sendiri untuk saya ucapkan

Berehh bg :)

Terima kasih @kakilasak. Happy weekend and happy new year.

Saya justru sekarang merasa sudah nulis puisi

Eh, ada Bunda @dianing ternyata. Selama datang di Steemit. Di sini lebih nyaman berdiskusi tentang apa saja.