Belajar menulis sekarang sudah jauh lebih mudah. Selain perkembangan teknologi, buku-buku tentang panduan menulis sudah semakin mudah diperoleh di pasaran. Dulu, ketika masih sekolah di STM Negeri Bireuen (1988 – 1991), di pustaka ada buku Mengarang itu Gampang karya penulis Arswendo Atmowiloto. Buku itu kemudian saya buat salinannya dan saya baca berulang-ulang ketika mentok dalam menulis. Sebegitu sering membacanya, bahkan sampai bisa menghapal—ketika itu.
Kemudian saya tahu ada buku Yuk, Mengarang Yuk karya Mohammad Diponegoro, tetapi tidak pernah membaca buku itu sampai sekarang. Toko buku di daerah jarang menjual panduan menulis. Praktis hanya dua buku itu saja yang saya ketahui tentang pedoman mengarang fiksi.
Lebih sulit lagi, pelatihan menulis hampir tidak ada. Pelajaran mengarang di sekolah tidak bisa diandalkan. Akhirnya, hanya belajar secara otodidak. Langsung praktek saat itu dengan mengirim tulisan (terutama cerpen) ke berbagai media di Aceh (terutama Serambi Indonesia) dan majalah terbitan Jakarta. Kalau ditolak, kirim lagi, lagi, dan lagi.
Saat ini pelatihan menulis cerpen sudah sangat sering, bahkan gratis. Baru-baru ini, Sekolah Menengah Atas (SMA) Rujukan Negeri 1 Bireuen, menggelar pelatihan menulis cerpen bagi puluhan siswa yang merupakan perwakilan dari setiap kelas. Pelatihan dilakukan sehari sebelum mereka mengikuti lomba menulis cerpen. “Lomba menulis cerpen langsung di tempat. Jadi, anak-anak harus mampu mengefektifkan waktu dan karyanya pun lebih orisinil,” ungkap Khairani Fitri, guru SMA Negeri 1 Bireuen.
Guru yang sangat puitis ketika berbicara itu memang sangat peduli terhadap kemampuan menulis fiksi anak didiknya. “Sekalian saya belajar,” katanya merendah. Bukan sekadar basa-basi, sebab Ibu Khairani Fitri memang ikut sejak awal sampai akhir dan mengajukan banyak pertanyaan. Sebagai penulis yang belajar otodidak dan langsung menulis dibandingkan dengan belajar secara teoritis, saya justru mendapat ilmu baru ketika Ibu Khairani membahas teknik penulisan cerpen, struktur cerpen, dan metode analisisnya yang merupakan ilmu baru buat saja. Terima kasih, Bu Guru…!
PARA pelajar SMA Negeri 1 Bireuen juga sangat antusias belajar menulis cerpen. Tema menulis cerpen dalam sekali duduk sengaja saya sampaikan karena semua peserta akan mengikuti lomba menulis cerpen secara langsung, tidak diberi batasan waktu berhari-hari sebagaimana lomba lainnya. Pertanyaan yang ditanyakan antara lain bagaimana mendapatkan ide dan menulisnya menjadi sebuah cerpen.
Para siswa SMA Negeri 1 Bireuen sangat beruntung karena selain memiliki Ibu Khairani Fitri yang sangat peduli terhadap literasi para pelajar. Ternyata, kepala SMA Negeri 1 Bireuen, Pak Hamdani, termasuk penulis dan sudah menerbitkan beberapa buku ajar dan literasi. Pantas saja!
Belajar menulis memang sebaiknya dilakukan sejak kecil. Penulis adalah profesi yang diperoleh melalui kesetiaan menulis dan membaca selama bertahun-tahun. Beruntunglah para pelajar yang sekolahnya menggelar workshop penulisan untuk membangun dan memperkuat budaya menulis dan membaca.
Menjadi pemateri di SMA Negeri 1 Bireuen mengingatkan saya pada masa sekolah karena letak sekolah itu bersebelahan dengan STM Negeri Bireuen. Saya melihat jejak-jejak masa remaja saya di sekolah. Masa lalu yang menyenangkan! []
Thanks for using eSteem!
Your post has been voted as a part of eSteem encouragement program. Keep up the good work! Install Android, iOS Mobile app or Windows, Mac, Linux Surfer app, if you haven't already!
Learn more: https://esteem.app
Join our discord: https://discord.gg/8eHupPq
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Budaya menulis sekarang ini perlahan mulai tergeser oleh manulis lewat digital. Menulis lewat papan keyboard di angggap lebih praktis, ketimbang menggunakan pena. SMA Negeri 1 Bireuen ini adalah salah satu contoh bagaimana dulu kita menulis karya-karya kita lewat tulisan tangan. Saya salut dengan sistem yang di terapkan oleh sekolah SMA Bireuen ini.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Mantap bang..
sejak muda sudah menulis. Merka akan mengguratka sehgala kisan dan pengetahuan. Mereka adalah bibt yang harus terus dirabuk agar subur dan berbuah. Salam literasi
Barang kali program sagu sabu (satu guru satu buku0 sudah mulai menggema di sekolah ya ...
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit