KARENA kegiatan yang bernuansa budaya ini baru perdana dilakukan di Pidie di era pemerintahan Abusyiek. Maka elok dan sangat pantas rasanya untuk kita meriahkan lagi dengan tulisan-tulisan yang berkenaan dengan itu. Ya tentunya dengan ragam sudut pandang yang pas, sehingga pembaca dimanapun mereka berada menjadi booming dan terkaget-kaget. Apalagi mendengar diksi apam online. Pasti lebih terkaget-kaget lagi. Termasuk Abusyik sendiri yang menyebutkan “apam masam, karena apam tuha” seraya tertawa terbahak-bahak saat menyantap apam di salah satu stand. (Palis emang bupati kita yang satu ini)
Baca juga: Stop Mengistilahkan "Anu" dengan Apam
Nah, menyebut diksi “apam online” sudah barang tentu, siapa pun dia, pikiran dan memorinya pasti mengarah pada sesuatu yang” absurd” itu. Yang hanya dimiliki oleh kaum berambut panjang. Maaf, saya katakan “absurd” karena saya tidak tahu akan diksi apa yang cocok dan halus untuk mendeskripsikannya --yang absurd itu.
Soalnya takut nanti ada dari kalangan kita yang mengintip atau menguping pembahasan kita. Sementara “senjatanya” saja masih penuh dengan karatan “kreumeuh u”, atau dari istilah undang-undang negara kita golongan mereka ini belum cukup umur, artinya belum 18+. Meskipun tindak-tanduknya dalam hal “berkambing jantan”, yang tua-tua pun harus mengakui kalah dan tertinggal jauh.
Dan, jujur saja, saya juga berpikiran demikian jika ada orang menyebut diksi “apam online”. Meskipun kadang saya sebagai tuan bagi kepemilikan kekuatan pikiran saya mencoba memaksa akal pikiran saya untuk tidak mengarah ke jalan itu. Namun, tetap saja, kumpulan pengetahuan jorok itu melayang-layang dengan sendirinya.
Baca juga: Sejarah dan Tradisi Toet Apam
Nah, dua hari lalu (29/04/2018) di acara festival Apam Fair Pidie, disaat prosesi pembukaan acara sedang berlangsung, dimana Abusyik (bupati Pidie) sedang garangnya menyampaikan kata sambutannya di mimbar utama, saya sengaja mengeliling dari satu stand ke stand lainnya. Semua stand apam ini mewakili semua kecamatan yang ada di kabupaten Pidie, sebanyak 23 kecamatan.
Saya datang bersama rekan saya, berdua, dan tibalah pada salah satu stand yang beberapa anggota standnya saya kenal. Semua anggota standnya perempuan. Lalu, saya mencoba bersikap iseng dengan menanyakan;
“Peu na apam yang mangat saboh?”
“Ada”. Jawab salah satu anggota stand itu.
Singkat cerita, saya dan rekan saya disuguhi apam yang lengkap dengan kuah tuhenya. Kami makan satu piring berdua, namun apamnya dua.
Saat-saat sedang lahapnya kami makan, salah satu satu anggota lain dari stand tersebut mengeluakan celotehan: “Kiban na mangat dek, apam kamoe?” (gimana dek, enak apam kami).
“Mangat kak” (enak kak). Jawab kawan saya.
Lantas, pertanyaan berlanjut; “Soe mangat ngen apam online?”
Mendengarkan pertanyaan tersebut, sontak saja seisi stand yang mendengar pembicaraan ketawa besar. Bagaimana tidak, diksi apam online itu, mau tidak mau, disengaja atau tidak, memang sudah mengarah kepada sesuatu yang absurd itu. Apalagi dikatakan oleh perempuan.Padahal mestinya untuk sesuatu yang dapat dikonsumsi tidak selayaknya dikonotasi kepada hal-hal lain.
Baca juga: Apam, Makanan Khas Aceh
Saya pernah mendengar, jika kita mengonsumsi makanan yang halal namun dikonotasikan dengan sesuatu yang lain; tidak halal. Maka itu sama saja kita mengonsumsi makanan yang tidak halal itu. Namun karena antara apam (makanan) dengan apam online (makanan para pejabat dalam konotasi masyarakat umum) ini berbeda genusnya, maka saya tidak tahu bagaimanakah hukumnya, Misal, saat makan apam di Festival Apam Fair Pidie dia mengkonotasikannya dengan apam online. Sungguh saya tidak tahu bagaimana hukumnnya itu. Yang jelas, muncul dan menyebarluasnya diksi apam online itu telah mencemar apam yang dimasak oleh ibu-ibu di acara Festival Apam Fair Pidie. #nyanban
Selasa, 1 Mei 2018 II @emsyawall
Sebuah kekeliruan ketika menyamakan makanan tradisional dengan hal tersebut, jika dilihat dari bentuk dan zatnya pun tak sama, fungsinya juga beda, lantas mengapa masyarakat kita keenaan menyebutkan dengan konotasi yg sama dengan makanan tradisional tersebut, seperti seperti cerita dalam tulisan ini, karena sering disamakan jadi seolah diksinya sama jadi bagi orang orang yg fah am akn berfikir ke lain hal, apalagi sekarang maraknya istilah apam online yg tentunya bukan seperti apam pada umumnya, hehe mungkin sudah waktunya kekeliruan ini dihilangkan, tulisan yg sangan menarik bang 😊
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Setuju sekali bang @azmiulul. Makanya sy sangat risih dg istilah apam online itu hehe
Terimakasih atas tambahannya bang
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sama sama bang @emsyawall, saya juga merasa seperti itu, malu rasanya melihat masyarakan yg suka menyamakan kedua zat yg berbeda spesies tersebut.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Semoga kita dp berperan dlm memberantas masyrakat2 yg begitu bang @azmiulul
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Nyanban! Asueli metiet2 lam jantoeng teuh tadengo nyan, tapi terciduk emak2 pakek kaca moto bek measap, kreatif mak nyan.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Itulah sisi uniknya apam fair pidie kmrin. Tapi uniknya ibu itu tertutup oleh menggemanya istilah apam online.
Nyanban kak @rahmayn 😁
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Saya mendukung agar istilah makanan tidak dijadikan bahan istilah perilaku negatif. Mari mengembalikan nama baik "apam".
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sangat perlu bung @furqanzedef. Makanya kita memberantasnya melalui tulisan dulu
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit