Saya Penulis di Koran, Sekarang Steemian

in writing •  7 years ago 

Di ranah kepenulisan dan sastra Indonesia, bahkan di Aceh, nama Nazar Shah Alam tidaklah besar. Meski sudah menulis sastra di koran sejak tahun 2009, saya belum merasa layak disebut sastrawan. Meski sudah menulis ratusan karya, saya masih ragu menyebut diri pujangga.
image

Bagi saya, seorang penulis yang layak disebut sastrawan adalah mereka yang karya sastranya meledak, dibicarakan di banyak ruang sebab kualitas, diakui oleh ramai orang sebagai karya yang layak baca, bukan karena pengaruh diri di kawanan, bukan karena ia telah menulis banyak di koran. Itu menurut saya, maka saya tidak pernah berani mengatakan bahwa saya seorang sastrawan, kecuali ketika sedang dalam keadaan melawan kesombongan dengan kesombongan.

Hingga sekarang saya tetap percaya bahwa seorang penulis baru dianggap punya karya bagus bila ia sudah menembus ruang sastra di koran. Sebab untuk masuk ke sana, kau harus berjuang keras mengalahkan banyak penulis lain yang secara pengalaman dan karya mungkin lebih hebat darimu. Itu semacam pengakuan kau sudah lulus ujian besar. Ini sama dengan seorang penyanyi atau band. Kau akan dianggap sebagai bintang jika masuk pasar dan meledak di sana. Jika masih berkutat di media sosial seperti YouTube dan sebagainya, itu belum dianggap. Masih belum terbukti bisa bersaing dan diterima oleh penikmatnya.
image

Siapa yang membuat standardisasi ini? Pasar atau khalayak pelaku kreativitas tersebut. Kembali ke menulis. Mungkin pada masa terakhir ada beberapa penulis blog dan buku yang dianggap penulis meski tidak masuk koran. Sebab kualitas karyanya layak diperhitungkan.

Namun jika ingin melihat penulis sastra yang bagus, tetap saja (saya ngotot) ruang sastra koran sebagai pembuktian. Kurasi dan penilaian di ruang sastra koran lebih baik, ketat, dan penuh pertimbangan. Tidak sembarang orang bisa menembusnya. Kita yang punya karya-karya berkualitas eskontelan ini, jangan terlalu berharap bisa masuk ke ruang timbang total seorang redaktur yang jelas-jelas mumpuni.
image

Lalu di Steemit? Sadarlah, Steemit tidak diciptakan untuk penulis saja. Ruang kepenulisan hanya salah satu di antara ruang kreasi lainnya yang tersedia.

Sebagai ruang yang memberikan hak penilaian kepada semua pengguna, maka naif rasanya membandingkan kualitas karya di platform ini dengan lainnya. Konon lagi koran yang redakturnya sudah sangat paham pada bidang yang dinilai. Sebab karya di Steemit pun bukan hanya tulisan, meski tidak luput juga ia sebab segala postingan butuh penjelasan dalam rupa kata-kata, maka tak patut rasanya membuat standard karya di sini mengikuti standard karya di luar sana.

Meskipun saya seorang penulis yang tentu saja mengharap konten-konten di Steemit dijelaskan atau dibuat dalam bentuk yang bagus sesuai kaidah kepenulisan, namun saya tidak pernah ingin menghakimi mereka yang bukan penulis: walaupun mereka menulis buruk sekali. Saya ingin realistis saja dan memang sampai saat ini saya melihat Steemit sebagai ruang berkarya yang bebas menampung segala. Jika memang saya tidak suka, saya tidak akan memberikan hak suara kepada postingannya, begitu sebaliknya.
image

Untuk apa kemudian menghakimi mereka atas hal yang tidak semestinya? Untuk apa memaksa setiap orang sama dengan kita? Toh ini media sosial. Umpamakan ini sebuah rumah, apa pedulimu terhadap isi rumah orang lain? Jika tak berkenan, jangan bertamu, tak perlu menghina. Selesai perkara.

Saya penulis koran, sekarang saya juga Steemian. Di koran, kita akan bertarung kualitas menulis. Jika dimuat di koran adalah patron kualitas, saya sudah punya karya ratusan sebagai ejawantah bahwa saya petarung di sana. Dan saya berkualitas. Di Steemit, kita bersukacita, membuat postingan apa saja sesuka hati tanpa harus begana begini. Usahakan saja kontenmu baik, yang informatis, kreatif, dan jika bisa itu berguna. Mari melihat Steemit sebagai ruang bahagia.
image

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Wah kerennya abangku ini😍😍

Kamu juga keren, dekku.

Abang juga keren 😍😍

  ·  7 years ago (edited)

Sudut pandang seperti ini yg diperlukan sebagai dasar kenapa bergabung, menulis dan bahagia di Steemit. Mereka yg tidak suka baiknya bertahan saja dimedia sosial yang menurut mereka bisa bikin bahagia.

"Bek gara saboh tikoh, saboh beurandang ta peu apui"

Kerisauan lain kemudian muncul, ada banyak Steemian yang kayak anak sekolah yang benci sekolah, tapi tetap sekolah. Padahal kan gak ada yang paksa mereka bertahan di Steemit ini? Ini bukan sekolah yang pada tahun terakhir akan dapat ijazah. Gura dum takalon. Wah ule aneuk muda. Ahhahahha

Steemit bukan warisan kita atau mereka yang sudah lebih dulu berada di platform ini. Jadi terasa aneh saat muncul keresahan-keresahan tak beralasan. Mungkin mereka lelah karena belum menemukan ritme khusus sehingga "lagee aneuk miet maen abee" Hahahahaa

Selalu suka dengan setiap apa ya g engkau tuliskan, DekYeuk.

Steemit bukan hanya ruang untuk menulis. Ibarat sebuah bangunan, dia bisa didesain menjadi apa saja, bisa jadi sebagai hunian, tempat belajar, tempat bermain bahkan juga sebagai gedung opera.

Jadi tak patut jika kita menyalahkan sesiapa, hanya karena dia berbeda.

Well said post iki!

Umpama ini jauh lebih keren dari yang saya tuliskan, Cutkak: Ibarat sebuah bangunan, dia bisa didesain menjadi apa saja, bisa jadi sebagai hunian, tempat belajar, tempat bermain bahkan juga sebagai gedung opera.

Saya baru tau kalau vocalis apache13 penulis di koran koran, ini mungkin kelakuan buruk saya malas membaca koran dulu kali bang, Namun saya bahagia mengenal bang @gulistan melalui steemit ini, salam sukses terus bang dan jangan lupa bahagia :D

Salam sukses juga untuk kita semua. Menulis di koran itu bagian penting dari perjalanan saya. Itu membantu saya membuka mata dan cakrawala berpikir keluar dari kotak. Semoga kita bahagia.

Mantap, keren..!!! Ha ha ha ha.. Semoga bisa jumpa lagi dilain kesempatan bang :D

Well said...

Salah satu yang selalu harus diingatkan juga, steemit bukan hanya untuk penulis, semua orang punya peluang yang sama untuk berkreasi di platform ini

Soal steemit bukan hanya untuk penulis, udah ada dalam tulisan Mir. wkwkwkwk

Sejuta.eh setuja... eh setuju

Harga SBD naik, berani ngomong "juta" sekarang ya, Rio?
Ahahhahaa

Sudah, kak @rahmanovic. Tanya sama kak @fardelynhacky. ehehhe

Memang anda sangat berbakat dalam hal menulis, saya sangat salut kepada anda, salam sukses bg @gulistan..👍👍

Terima kasih, Fadhiel. Salam bahagia untuk kita.

Sama-sama bg @gulistan..

Umpamakan ini sebuah rumah, apa pedulimu terhadap isi rumah orang lain? Jika tak berkenan, jangan bertamu, tak perlu menghina.

Setujuuu👏👏👏

Saya juga setuju. eehhehe

Akhirnya ketemu 😂😂
👏👏👏👏👏👏👏👏

Udah abang follow @shafiramaulizar ya.

Okeeeedehhh 😆 @gulistan

Ternyata Asal Mula Kabar Mantra Kampung Barat Selatan itu tulisanmu ya? Dulu aku sering mengikuti tulisan2 Nazar Syah Alam di koran, tapi tak tahu yg mana orangnya. Ternyata dirimu toh, hahaha

Yassalam. Begitulah nyatanya. Begitu adanya. ahahhahaha

Waaahh sudah sepuh nih. Sejak 2009. Keereenn