Menulis itu membebaskan. Benarkah?

in writing •  7 years ago 

mahapreneur_1730999473454065430.jpg

Halo guys, kali ini aku ingin menceritakan tentang menulis yang dikisahkan dalam tulisan Muhammad Husni, Qamaruddin SF dan Anton Kurnia


Namanya Erin gruwel. Guru baru. Perempuan, tentu saja. Mengenakan kalung mewah saat masuk pada hari pertama mengajar, ia mendapat peringatan berhati-hati dari seorang guru yang sudah senior. Tak mengira apa yang bakal ia hadapi, ia hanya melempar senyum. Ketika masuk kelas, taulah ia makna peringatan itu: ia menghadapi siswa yang rata-rata anggota geng. Membunuh atau terbunuh adalah istilah yang selalu mereka pegang setiap hari. “kami sedang perang.” Teriak salah seorang murid dari bangku belakang. Alih-alih mundur, sebagaimana yang terjadi dengan beberapa guru sebelumnya, dia malah nekat terus mengajar.
Meski mendapat tantangan dari teman-temannya sesame guru dan mengorbankan pernikahannya, ia betekad untuk membebaskan murid-muridnya dari dunia hitam (persis kayak cerita film Thailand “teacher diary kan,hehe). Beberapa kali ia berusaha. Tapi, gagal. Sampai suatu hari, ia menemukan cara paling mudah : membiarkan mereka menulis kehidupan mereka sehari-hari ke dalam catatan harian.
Ia pun membelikan buku harian untuk semua muridnya, meskipun untuk membelinya ia merogoh dari kantongnya sendiri.dan, melalui catatan harian itulah, mereka mulai bisa membuka diri dan pada akhirnya
membebaskan mereka dari cengkeraman dunia kejahatan. Dan kisah catatan harian mereka itulah yang kemudian di bukukan dan diajdikan film dengan judul yang sama: “Freedom Writers”.
Dengan menulis, mreka membebaskan diri dari dunia hitam. Mengapa? Terkadang kita tak bisa mewujudkan keinginan kita sendiri.ketika terjadi, maka timbullah kecemasan atau ketegangan. Secara alami tubuh membuat mekanisme pertahanan untuyk melepasnya, di antaranya melaui keringat atau beersin. Yang produktif: menulis

Namu, membebaskan disini bukan hanya dalam arti seperti kisah Freedom writer. Membebaskan di sini bisa bermakna ganda; selain membebaskan jiwa, juga membebaskan raga. Dari apa? Dari kefanaan. Tutur Pramoedya Ananta Toer, adalah bekerja untuk ke abadian. Jika melihat ke perpustakaan, betul belaka Pram. Bukankah kita bisa mempelajari kitab-kitab anggitan para ulama beberapa abad lampau itu karena mereka menulis? Ketika membaca tulisan mereka sekarang, kita seperti berguru, mengaji, kepada mereka. Mereka seperti hadir kepada kita, membimbing kita.
Dari itulah keistimewaan menulis. Jika ada yang mengatakan bahwa menulis membutuhkn bakat, maka tanyalah pada Andrea Hirata? Adakah anggota keluarganya yang pernah menjadi penulis sebelumnya. Atau ketika menjadi mahasiswa pernahkah ia menulis sebuah cerita pendek? Tidak dan belum pernah. Kenapa ia bisa menulis?

Karena ia menulis….

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

👍👍👍

Vitamin lagi, freedom writer... makasih bang irwan.

Sama-sama @nurhayati ,senang bisa bermanfaat.