Jurnalistik Antara Bakeutôk Aceh dan Diurnarius Romawi

in writing •  7 years ago 

Bakeutôk adalah pewarta di kerajaan Aceh. Fungsinya sama seperti Diurnarius atau Diurnari zaman Romawi Kuno, yang menjadi cikal bakal istilah jurnalistik di zaman modern.

Bakeutôk merupakan orang-orang pilihan yang memiliki keahlian berbicara dan bercerita. Mereka juga orang-orang yang tangguh. Dalam bekerja membawa kabar, mereka juga diikat dengan undang-undang kerajaan Aceh yakni Qanun Al Asy, yang merupakan sarakata peraturan dalam negeri Aceh. Ikatan ini dilakukan agar pembawa kabar tersebut tidak dicelakai orang dalam perjalanannya membawa berita-berita kerajaan ke seluruh penjuru negeri Aceh.

sarakata.jpg
Salinan terjemahan Qanul Al Asy

Dalam pasal 9 Qanun Al Asy disebutkan, jika pegawai kerajaan itu mendapat celaka atau mati teraniaya pada suatu kampung, mukim, atau sagi, maka raja bertitah menyuruh orang kaya Sri Maharaja lela atau wakilnya, dengan membawa alat senjata pergi memeriksa serta meminta orang jahat itu pada hulubalang setempat. Hulubalang wajib mencari pelaku kejahatan itu dan menangkapnya.

Kemudian dalam pasal selanjutnya (10) dijelaskan bahwa satu orang hamba raja mati, tujuh orang gantinya diambil dari ahli warisnya pelaku kejahatan tersebut untuk diserahkan kepada raja. Terhadap ketujuh orang itu raja bisa berbuat apa saja dengan kadar hukuman yang sewajarnya.

sarakata1.jpg
Terjemahan Pasal 10 Qanun Al Asy yang menjamin keamanan pegawai kerajaan Aceh seperti Bakeutok

Kisah Bakeutôk ini juga banyak muncul di Aceh pada zaman modern. Sebut saja pada masa perang. Karena belum ada alat komunikasi yang canggih, pesan dan informasi harus disampaikan manual, melalui lisan sang pembawa kabar, karena jika membawa pesan tertulis, akan sangat berbahaya jika jatuh ke tangan musuh.

Atau kita semua mungkin pernah menerima surat dari seseorang dengan tulisan pembuka; Kepada YTH Sahabat Pulan di tempat. Tahukan mengapa ditulis “di tempat” tidak ditulis nama tempat penerima surat, umpamanya di Banda Aceh, di Jakarta. Tujuannya, untuk melindungi si penerima surat, jikalau surat itu jatuh ke tangan pihak lawan, maka dia tidak akan tahu di mana posisi orang yang dikirimi surat tersebut.

Kemudian berlanjut ke masa konflik, masa di mana masyarakat Aceh sudah kurang percaya kepada media, karena beritanya condong dari satu sumber saja, yakni sumber resmi pemerintah atau penguasa darurat militer.

Maka Bakeutôk hadir membawa propaganda. Ia bisa menceritakan detil peristiwa yang tak dimuat media, plus dengan bumbu-bumbu penyedap untuk mendramatisir keadaan. Ini sering muncul melalui pembicaraan di balai-balai, bahkan dalam ceramah-ceramah biro penerangan pelaku konflik di Aceh masa itu, yakni Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Bekeutôk masa konflik mampu membuat simpati rakyat Aceh terhadap GAM mengalir deras, hingga konflik Aceh awet selama tiga dasa warsa. Itu sedikit cerita tentang Bakeutôk. Kini mari kita beralih ke Romawi kuno.

Cerita tentang pewarta di zaman Romawi kuno ini saya ambil dari penjelasan Roy Pakpahan dalam buku Penuntun Program Jurnalistik Terpadu Bagi Kalangan LSM, terbitan INPI-PACT dan SMPI tahun 1998.

Penggunaan istilah jurnalistik menurut Roy Pakpahan diambil dari media yang dikeluarkan oleh kaisar Romawi, yaitu acta diurna. Media kerajaan ini berupa sebuah papan pengumuman yang dipasang di pusat kota Romawi. Isinya berupa berita-berita resmi kerajaan dan titah raja. Setiap orang bisa membaca dan mengutipnya. Acta diurna ini lebih bersifat sebagai corongnya kerajaan. Dalam dunia modern sekarang dikenal sebagai Humas atau Public Relation (PR).

Di Romawi pada masa itu selain diurna juga dikenal diurnarius atau diurnari yaitu orang yang ditugaskan untuk mencari dan mempublikasikannya. Chrestus dan Caelius Rufus merupakan dua orang yang sangat terkenal dalam tugas ini di Romawi. Kata diurnarius dan diurnari ini kemudian dalam perkembangannya menjadi jurnalistik atau jurnalis dalam dunia modern sekarang.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana dengan istilah Pers atau Press?. Penjelasannya, Pers berasal dari bahasa Belanda dan Press dari bahasa Inggris yang bermakna tekan. Sejarah penggunaan kata ini lebih pada proses cetak.

Adalah Gutenberg yang pada tahun 1450 memperkanalkan sistim cetak hurup dengan kayu. Huruf-huruf dari kayu disusun berdasarkan kata yang hendak dicetak kemudian menggiling kertas pada rangkaian huruf tersebut. Cara Gutenberg inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya penerbitan berkala di negara-negara Eropa.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Mantap

Thanks bang sudah baca. Salam dari penyair Zab Bransah di Langsa. katanya kapan makan kari kambing Lem Bakri lagi seperti dulu setelah Jumatan di Pango.

Historian has rise!

Ya, mari kita mneyelam dalam sejarah, karena banyak yang harus diarungi untuk catatan masa depan

Semangat berbagi catatan sejarah ya

Siap. Masih banyak hal yang bisa kita tulis tentang sejarah yang masih terpendam

Congratulations @isnorman! You have completed some achievement on Steemit and have been rewarded with new badge(s) :

Award for the number of posts published

Click on any badge to view your own Board of Honor on SteemitBoard.
For more information about SteemitBoard, click here

If you no longer want to receive notifications, reply to this comment with the word STOP

By upvoting this notification, you can help all Steemit users. Learn how here!

Berkelas.

Masih mualaf ni di steemit. Baru seminggu, jadi belum berkelas.