Tentang Cinta dan Rinduku

in writing •  6 years ago 

Segala tentangmu adalah rindu, karena dirimu adalah ciptaanNya dan wajahmu adalah cerminan kasih sayangNya. Ke mana pun aku menoleh, aku melihatNya. Dia yang kurindukan. Berjumpa denganNya di akhir nanti adalah yang kuinginkan.

CintaMu, rinduku.



IMG_20190611_063100.jpg

Banyak malam saya habiskan untuk duduk sendiri dan terdiam. Entah sudah berapa banyak malam, saya tak menghitungnya. Bukan sekedar berkhayal dan bermimpi, namun berbincang berbisik bersama angin malam, para bintang, dan langit sambil menikmati alunan musik lembut yang membuat saya tenang dan merasa nyaman. Mencoba mencari jawaban dari pertanyaan yang tak pernah ada habisnya, setiap jawaban adalah pertanyaan berikutnya.

Entah juga berapa banyak sudah pohon yang ditebang untuk dijadikan kertas tempat saya menulis dan menggambar. Kertas-kertas, pensil, dan pena selalu menjadi teman paling setia dalam hidup. Tak pernah mereka jauh dari saya, ke mana pun saya pergi, mereka selalu bersama. Tak sanggup pun saya berpisah dengan mereka.

Anak-anak saya pun sudah beberapa menegur, bila melihat ibunya "terlalu tenang". Tidak bicara, hanya menulis dan menggambar, kadang melukis dan bermain musik, atau sibuk saja membersihkan semua yang saya lihat. Berhari-hari bahkan bisa berminggu-minggu dan berbulan-bulan tak menginjakkan kaki bahkan keluar dari pagar rumah. Saya tak menyadarinya, terlalu larut dengan dunia saya sendiri hingga tak ada keinginan sama sekali untuk keluar dari dalam sana.

Kesepian? Mungkin bagi yang melihatnya. Namun di dunia saya tidak pernah sepi. Ada banyak sekali suara-suara yang terurai dari sana ke mari, yang bahkan membuat saya sakit kepala sendiri, yang mana yang harus saya dengar terlebih dulu. Semua bicara, bahkan semut-semut yang melintas pun bicara. Mereka bercerita banyak tentang kehidupan mereka, bagaimana sukacita mereka bisa dapatkan hanya dari setitik gula yang terjatuh di lantai.

Gila?! Ha! Sesungguhnya saya hanya ingin belajar lebih banyak saja. Tidak ada yang tidak memiliki cerita dalam kehidupan ini. Roti bercerita tentang bagaimana mereka dibuat dan siapa yang membuatnya, bagaimana mereka dihantarkan hingga sampai ke atas meja saya. Begitu juga dengan daun hijau yang tergantung di dinding, bercerita tentang bagaimana mereka bertahan hidup dan terus tumbuh. Apapun yang saya lihat, saya dengarkan cerita mereka. Begitu pun yang tak saya lihat. Angin paling banyak bercerita tentang segala peristiwa.

Seorang sahabat pernah berkata, "Susah membedakan mana yang jenius, mana yang gila. Makanya jangan punya IQ terlalu tinggi, jadinya gila sendiri, kan?! Sampai angin pun diajak bicara. Itu si Mundzir, tokek kesayangan juga diajak becanda. Heran! Wajar, dong kalau psikolog juga pada stress. Ada, sih, orang yang kalau ditest IQ harus diulang sampai tiga kali. Benar-benar aneh!" Hahaha....

Saya hanya tertawa saja. Bagaimana saya harus menjelaskannya?! Pikiran dan hati adalah ghaib, yang tidak mungkin bisa dilihat begitu saja. Baru akan menjadi nyata bila sudah dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan, karya-karya, dan perilaku. Itu pun seringkali tidak sejalan. Apa yang dikatakan dan dilakukan acapkali tak sama. Pikiran dan hati bisa tak sejalan.

"Kalau baca tulisan dan melihat karya-karya saya, aneh nggak?! Suka nggak?! Tak usah mikir ke sana sini, biar saya saja yang menikmatinya. Lebih baik dengar tulisan saya, jangan hanya dibaca. Biar dirimu pun mengerti apa yang ada di pikiran saya. Kalau mau merasakan apa yang saya rasakan, cukup baca senyum saya saja!', begitu jawab saya. Saya masih selalu tergelak kalau mengingatnya.

Yah, pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang adalah benar. Semakin saya mengenalNya lewat suara-suara yang saya dengar, bisikan dan kisah semua yang ada di semesta ini, saya semakin menyayangiNya. Bahkan saya selalu merindukanNya, hingga setiap wajah yang saya lihat adalah cerminan kasih sayangNya kepada saya. Meski saya sendiri pun, saya tak sendiri, selalu ada Dia yang mendampingi, menuntun, dan melindungi.

IMG_20190611_062734.jpg

Rasanya ingin selalu bermanja dalam pelukanNya, merasakan setiap sentuhan dan belaian cintaNYA, hingga tak ada batas waktu. Sering air mata menetes karena saya begitu merindukanNya, meski dia selalu ada bersama saya. Ya, seperti orang dimabuk asmara. Selalu ingin bersama. Apapun usaha dilakukan dan doa dipanjatkan untuk bisa bersama.

Biarlah semua memiliki cara dan jalannya masing-masing. Semoga saja tetap di garis yang lurus dan tidak tersesat di sudut-sudut yang membuat terlena ketika mengitarinya. Ini pun saya dapatkan saat mendengarkan tasbih yang saya pegang bicara. Apa saya mampu menolaknya?! Anugerah dan rahmat hendaknya tak pernah disia-siakan, bukan?!

Ah indahnya rasa cinta dan rindu ini! Saya ingin selalu menikmatinya. Jangan pernah pergi! Saya ada dan hidup karena cintaMu dan rinduku padaMulah yang membuatku bahagia. Engkau yang memberikanNya, ijinkan saya selalu menikmatinya dan memberikannya kembali agar menjadi berguna dan bermanfaat bagi semua.

Terima kasih cinta.

Bandung, 10 Juni 2019

02:47 WIB

Salam hangat selalu,

Mariska Lubis

PS : Teruntuk Utun dan Fadly yang hatinya begitu lembut karenaNya. Menulislah! Jangan pernah takut! Menulislah karena Allah!

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!