Short Story "India dan Cinta"

in writing •  7 years ago  (edited)

India dan Cinta

Oleh; Syukri Isa Bluka Teubai

Masa muda, merupakan masa masa yang sangat indah bahagi mereka yang tahu bagaimana cara untuk menjalaninya. Demikianlah dengan Mustafa, anak muda asal Aceh tersebut, merantau dan india adalah tujuan yang bersahaja bahaginya. Oleh kerana keinginan dan tekad yang besar di dalam diri yang berjiwa besar itu, berangkatlah ia bersamanya derai airmata, ditinggalkannya kampung halaman tercinta.

Orang tua dan cinta turut pula ia tinggali, adalah mahasiswa. Ia itu seorang mahasiswa dari salah satu kampus ternama di negara Gandhi tersebut, dari kegigihan mencari beasiswa dan sangat berkeinginan mempunyai gelar doktor untuk disandangnya kelak. Maka masa muda itu digunakannya untuk mengejar sekalian cita citanya itu.

“Hari ini sangat berbeda dari biasanya. Kenapa burung burung itu terbang dan menabrakkan dirinya baik ke pepohonan atupun ke dinding dinding yang bertembok keras itu,” Mustafa masih bisa dikatakan seorang pendatang baru di tanah hindu tersebut. Maka daripada hal yang demikian menjadilah aneh menurutnya.

Kerumunan burung berwarna abu abu tersebut terbang melayang di langit, ribuan jumlahnya. Dan adalah waktu waktu tertentu bahagi bintang yang mempunyai kelebihan terbang tersebut melakukan hal yang demikian (bunuh diri). Penduduk india tepatnya di desa Jatinga di mana Mustafa sekarang berada, kerana di kampus kuliah belum aktif dan ia sudah berkenalan dengan salah seorang rakan yang berasal dari desa tersebut. Maka dariitu beradalah ia di Jatinga itu.

Walaupun penduduk desa tersebut sudah sering bahkan hal ini (burung bunuh diri) sudah menjadi kebiasaan bahagi mereka untuk melihat kejadian di sa’at sa’at tertentu, namun sampai sekarang masih menjadi mitos dikalangan masyarakatnya. Biasanya kejadian ini akan berlaku dari bulan September sampai pada bulan November.

“Ada ada sahaja kejadian di dunia ini, mungkin jikalau aku sudah mengelilingi dunia nantinya. Pasti sangat banyak hal hal yang belum pernah aku tahu bahkan mungkin belum pernah melihatnya. Segera akan menjadi pengalaman sekaligus ilmu baru buat diriku, ya, semisal kejadian burung burung bunuh diri ini,” ia berguman sendiri.

Perkuliah sudah mulai aktif dan berjalan seperti biasanya, ia sangat senang bisa berkesempatan untuk kuliah diluar negeri. Hari hari terus terjalani sendiri, mahasiswa di kampus tersebut datangnya dari berbagai negara belahan dunia. Ia yang berkulit hitam manis dan berwajah mirip orang india itu seketika akrab dengan sahabat sahabat belahan dunia tersebut.

Kerana memang rasa ingin memiliki sahabat, saudara sangat ia utamakan. Baik di kampungnya ia pun begitu perangainya, suka mencari rakan bukan lawan. Dan seringlah dipanggil oleh sahabat sahabat baru itu dengan sebutan Mustafa Khan. Ke mana ia pergi pasti sebutan Khan tidak akan pernah luput dari namanya itu.

“Kenapa tiba tiba aku teringat pada kampung halaman dan terus mengingatnya (Maya),” ia berguman sendiri di sela sela mencari bahan kuliah di hadapan monitor kumputernya itu. semua mahasiswa di negeri luar dibekali kumputer dan setiap mereka (mahasiswa punya kumputer di dalam kamar masing masing). Demi memudahkan mahasiswa adakalanya untuk mencari bahan dan mengirim tugas kepada dosen masing masing, juga pasti disertai wifi.

Sehari sebelumnya, Maya memberitahukan calon suaminya itu bahawa ayahnya tengah sakit dan penyakit calon mertuanya itu sudah parah, benarlah pada syak hatinya Mustafa semalam. Ia mendapatkan kabar dari Maya, ayah tercinta itu sudah meninggalkan mereka untuk selamanya. Mustafa jatuh terduduk di atas lantai kampusnya pada sa’at itu.

Ia yang berjauhan dari sang kekasih, sudah pasti tahu bagaimana dan apa yang tengah dirasakan oleh perempuan idamannya tersebut. apabila seseorang kehilangan orang yang sangat disayangi apalagi orangtuanya sendiri, sungguh bagaimana berkecamuknya perasaan di hati.

Ia merasa serba salah dan belumpun bisa bangkit dari lantai kampus itu, masih bergetar tubuhnya. Hanya beberapa dari rakan sahaja yang kebetulan menyaksikan perihal tersebut, setelah ia menceritakan hal itu, sahabat sekalian pun memahami dan berusaha untuk menghibur dirinya.

“Sungguh aku sangat menyayangimu duhai purnama, ma’afkan daku tidak bisa berada di sampingmu dan menemani kesedihan dirimu,” Mustafa membatin dan air matanya terus mengaliri wajah hitam manisnya itu.

“Padahal sepekan lagi engkau akan wisuda dari Strata Satumu itu kasih, dan hari bahagia di dalam setiap kehidupan seorang anak adalah dikala ia sukses dan kesuksesannya itu bisa dilihat oleh orang tua. Tapi kini sebelum hal itu berlaku salah seorang dari mereka sudah duluan meninggalkan kita. Aaaaaaaaaa,” ia begitu bersedih hati. Dan seorang rakan dari desa Jatinga itu merasa sangat khawatir seketika memeluknya.

Inilah hal hal yang tidak terduga dan sudah menjadi resiko bahagi sekalian anak rantau, apabila sesuatu terjadi di kampung halaman baik itu berlaku bahagi keluarga sendiri. Namun haruslah berbanyak sabar menghias diri, walaupun kesedihan tidak akan bisa dengan mudah dibendungi.

Hubungan cinta antara Mustafa dan Maya sudah berjalan beberapa tahun, bahkan kedua keluarga itu sudah sangat setuju atas hubungan mereka. Sebelumnya pria itu sempat jatuh hati dan menjalin hubungan dengan seorang wanita asli Cina. Namun kerana aqidah dan agama, bersabablah akhir dari cerita antara lelaki Aceh dan wanita Cina tersebut.

Beberapa hari sesudah kejadian pilu itu berlaku, kini Mustafa kembali tegar dan harus menjalani lagi kehidupan selayaknya kehidupan. Kerana ia tahu tidak pun akan membuahkan hasil apa apa apabila terus berlarut larut dalam meratapi kesedihan walau memang sangat berbeda dari apa yang dikatakan dikala kesedihan itu berlaku terhadap siapa sahaja.

Dan sekarang Maya lah satu satunya bulan purnama baginya itu. “Jarak dan waktu bukanlah penghalang antara dua insan yang sudah saling mencintai, kepercayaanlah pangkal utama dari segalanya. Berbahagialah anak muda yang terus memperjuangkan masa hadapan dan cinta,” Mustafa membatin sendiri.

Perempuan cantik yang sudah halal baginya itupun terlihat begitu lelap tertidur di dalam pangkuannya. Mereka berada di salah satu hotel yang berada dekat dengan Tajmahal, bulan madu, tepatlah begitu. Seperti waktu begitu sahaja berlalu, dan segala elegi yang telah terjadi itu seperti baru kemarin sahaja berlaku.

Dan apa yang dicita citakan Mustafa dulu, tercapailah pada waktu sekarang ini. Tidaklah semua pengorbanan yang ia korbankan dulu sia sia untuk sekarang ini. Ia nya rela meninggalkan orang tuanya apalagi kekasih hatinya dulu, yang mana pada waktu itu ia sangat jarang berada di dekat kekasih itu baik dikala suka mahupun duka.

Sekaranglah waktu yang sudah lama ditunggu tunggu itu, makanya selepas dari pernikahan mereka. Bulan purnamanya itu langsung ia bawa bersamanya ke india. “Dan sekarang abang akan ada di setiap duka mahupun sukanya Maya,” sebuah cuiman mesra ia daratkan tepat di kening kekasih yang sudah halal bahaginya itu.

Suasana senja semakin merona di balik Tajmahal itu, warna warna jingga kian membius, terbias akan mata bahagi siapa sahaja yang memandanginya. Begitu juga Mustafa dan Maya. Nikmatilah madu madu itu dan puaskan berdua dirimu.

Thanks For Visiting My Blog @ripperdbl

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

Thank you for taking part in this months #culturevulture competition. Good Luck

Saban saban @eroche.