The Diary Game [Wednesday, April 22, 2022] Reuni Pegiat Seni: Jejak Putroe Neng |

in hive-103393 •  3 years ago 

01.jpg
Bukbar dengan mantan pegiat seni yang terlibat dalam pementasan Jejak Putroe Neng, akhir 2021 silam.


KUPIKIR para seniman muda yang bergabung dalam pementasan Jejak Putroe Neng sudah sibuk dengan urusan masing-masing dan kami hanya akan bertemu untuk pementasan berikutnya meski aku tahu grup WA anak-anak muda yang terlibat di sana masih ada.

Ternyata, mereka tetap menjaga silaturahim itu dan sudah lama merencakan untuk buka bareng. Ini bukan sekadar reuni, tetapi juga pertemuan kreatif anak muda yang mungkin saja lahir ide-ide berikutnya.

Hari ini mereka merencanakan untuk buka bareng di Platinum kafe. Ini menjadi salah satu agenda pentingku hari ini. Namun, sebelum sampai magrib, aku memiliki banyak agenda yang bila ditulis dengan detail, akan sepanjang 1.000 kata lebih. Tapi aku tidak menulis detail, hanya menyinggung bagian-bagian tertentu yang masih segar terpatri dalam hati.

Pagi harusnya aku mengajar langsung di kelas. Tapi mahasiswa minta daring karena sudah banyak yang pulang kampung. Itu alasan mereka dan sebenarnya tidak masalah mereka pulang kampung karena semua mahasiswa berasal dari Lhokseumawe, Bireuen, dan Aceh Utara.


03.jpg
Tumpukan sampah di jalan Ujong Blang, Lhokseumawe. Siapa calon wali kota yang mampu mengelola sampah ke depan?


Aku mengikuti saran mereka karena minggu sebelumnya kami berjumpa dalam kelas dan aku sudah agak terlambat untuk ke kampus Bukit Indah di seputaran Blang Pulo dan Padang Sakti, Lhokseumawe.

Jadi, setelah absen dan mengajar daring, aku ke Kampus Bukit Indah untuk kegiatan lain. Sampai di Ujong Blang, tumpukan sampah di pinggir jalan menarik perhatianku. Lhokseumawe memang lautan sampah. Tumpukan sampah ada di mana-mana.

Pemkot Lhokseumawe tidak menyediakan kontainer agar warga bisa membuat sampah pada tempatnya. Tapi warga pun tidak seharusnya menumpuk sampah sesuka hati. Masih ada beberapa tempat pembuangan sampah, hanya saja agak jauh dari rumah mereka.


02.jpg
Mengajar daring kurang greget.


Jumatan seperti biasa, aku mengajak anak-anak dan kawannya. Biasanya mereka memilih di Masjid Baiturrahman dan Masjid Islamic Center. Kali ini mereka minta di Islamic Center.

Aku datang lebih awal di buka bareng karena harus membeli kue terlebih dahulu. Sedikit informasi, pementasan Jejak Putroe Neng diadaptasi dari novel Putroe Neng yang aku tulis. untuk naskah drama musikal tersebut, aku dibantu Abu Rahmat. Sedangkan sutradara ditangani Koko dan dibantu sejumlah seniman muda lainnya. Tidak ada honor dalam pementasan di Lido Graha Hotel tersebut. semuanya bekerja lillahita’ala sebagai bagian dari pengabdian untuk seni.


04.jpg


05.jpg

Semangat anak muda itulah yang membuatku masih semangat dan bersama DKA Kota Lhokseumawe, kami merencanakan menggelar sejumlah pementasan ke depan.

Pulang dari sana, aku sudah tidak sempat salat tarawih karena sudah sekitar jam 08.30 WIB. Anak-anak mengajakku duduk di sebuah kafe, tetapi aku harus kembali ke kantor dan merampungkan sebuah berita yang kulanjutkan sampai di rumah.

Begitulah, Ramadhan terus berdenyut dengan segala kegiatan positif yang tidak melulu ibadah ritual. Semoga semua menjadi ibadah dan mendapat berkah dari Allah.[]


06.jpg
Momen berkesan dengan sejumlah seniman muda yang tulus mengabdi untuk seni.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
DescriptionAction
PlagiarismNo
Club5050
Using BotNo
Verified UserYes
Steemexclusive TagYes
Country TagYes
DelegatorYes
Beneficiary RewardsYes

Ternyata Jejak Putroe Neng merupakan karya tulis, novel putra daerah Lhokseumawe. And that's you.
Amazing, my brother 🎉 !

Mulanya, Putroe Neng ada sebuah kisah legenda meski makamnya ada di Blang Pulo, Lhokseumawe. Namun, kisah Putroe Neng yang punya 100 suami belum ada penelitiannya. Belum bisa dibuktikan. Tapi legenda itu justru bisa menjadi bumbu pariwisata.

Saya menulis novel "Putroe Neng" dan diterbitkan Grasindo pada 2011 dan sudah banyak dibahas dalam berbagai skripsi serta desertasi. Baru kali ini kami angkat dalam bentuk pementaasan teater.

Yazz betul sekali Bang Ayi. Karena mostly destinasi wisata di negara kita tercinta lahir karena dari beberapa kisah legenda yang beredar di masyarakat kita

Wish you best of luck, my brother 🎉

Di negara lain, termasuk negara maju, juga banyak yang menggunakan mitos sebagai daya tarik wisata. Misalnya di Amrik, katanya siapa saja yang minum air Sungai Missisipi, maka ia akan kembali ke Amrik. Makanya, kawan Bang Ayi ada yang minum berkali-kali. Tapi faktanya, sampai sekarang ia belum kembali ke Amrik, hehehehehe....

Wkwkwkkk 😂
Iya betul sekali, Bang Ayi
Sebagian besar manusia di dunia, I meant segelintir orang percaya akan hal-hal tersebut (mitos)

However, just for fun it's ok, I assume
Yet do not take it seriously, ahaha 😂


Minal Aidin Wal Faidzin 🙏🏻
Mohon ma'af lahir & bathin, Bang 🙏🏻
Eid Mubarak 😇

Selamat Idul Fitri 1443 H buat @asiahaiss sekeluarga. Mohon maaf lahir dan batin.

🙏🏻🙏🏻😇