Menjejaki Ratusan Mil untuk Sebuah Meet-up

in hive-153970 •  2 months ago 

IMG_20240908_133813.jpeg

Dini hari Minggu, 8 September 2024, kepalaku diselimuti rasa sangsi. Aku berdiri di ambang ambigu, bukan karena tidak tahu kemana nasibku akan digiring. Tidak. Ini lebih kepada keputusan nekat untuk berangkat dari Banda Aceh ke Bayu yang jarak tempuhnya nyaris menyentuh angka 300 kilometer (atau sekitaran 160 mil lebih) demi menghadiri sebuah event meet-up. Adalah sebuah keputusan yang terdengar gila, tapi sayang sekali, aku gemar akan kegilaan.

Senin besok adalah hari pembukaan resmi Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut. Event monumental yang sudah lama diperbincangkan ini sudah pasti akan menciptakan euforia di kalangan masyarakat Aceh, termasuk di dalamnya para civitas akademika di kampus darussalam. Sementara aku malah sibuk mikir mau hangout ke Meet Up Global yang (let’s be real) akan lebih banyak membicarakan perkara kurasi dan upvote alih-alih soal dugaan korupsi konsumsi atlet PON. Lah?

Yang memperburuk intensitas dilema ini, kampus sebelah sudah lebih dulu mengeluarkan maklumat cuti akademik dari rektorat mereka. Kampusku? Sepi, Bung. Rektorat atau dekanat sama sekali belum memberi pernyataan resmi apapun.

Di tengah kebimbangan itu, aku memilih untuk berpijak pada asumsi pribadi. Gut feeling-ku berkata bahwa sangat mungkin mayoritas dosen akan meliburkan perkuliahan secara de facto, entah karena terseret oleh agenda PON atau dengan alasan pragmatis lainnya. Mungkin saja mendadak akan ada surat edaran yang keluar di menit-menit terakhir.

IMG_20240908_153428.jpeg

Dilimpahi rasa optimisme (diksi yang lebih elegan untuk “naif”), aku putuskan untuk nekat berangkat. Optimisme memang manis apabila pertimbangan-pertimbangan yang mendasarinya tidak sepenuhnya berbasis data atau rasionalitas. Seperti yang sudah kukatakan di awal tadi, ini merupakan salah satu manifestasi dari kegilaan yang anehnya terasa sangat logis.

Setelah mandi ba’da subuh yang penuh dengan kontemplasi (agaknya lebih mirip dengan mandi besar), aku mengecek ulang segala persiapan. Salah satunya adalah memastikan kesiapan kondisi sepeda motorku. Sebuah skuter yang kapasitas mesinnya tidak lebih dari 100 cc. Jika ditamsil, skuterku ini ibarat golf cart yang dipaksa ikut balapan F1. Mungkinkah ia sanggup mengantar tubuhku mungilku ke Bayu di tengah kondisi cuaca yang tak menentu? Di antara semua persiapan, salah satu yang terpenting adalah bekal mental untuk menempuh 160 mil dengan kecepatan rata-rata siput yang dimodifikasi.

Aku pamit ke diri sendiri, berharap jangan sampai ada yang ketinggalan, termasuk logika sehat yang tadi malam mungkin tertinggal di kasur. Teman serumahku masih tidur pulas. Aku berangkat tepat ketika matahari mulai naik seukuran tombak (waktu syuruq).

Aku tidak mengambil jeda apapun di sepanjang perjalanan. Memang itu bukan hal yang heroik, tetapi lebih kepada aku yang bukan tipe orang biasa sarapan pagi-pagi sekali. Kalau orang normal sarapan jam 7 atau 8, aku baru mulai ngunyah sekitar jam 11 atau 12. Jadi logikaku saat itu adalah, “kenapa harus berhenti untuk makan kalau aku bisa tiba di tempat tujuan sebelum lapar?” Begitulah kira-kira pemikiran seorang jenius di bidang manajemen waktu (atau setidaknya, itulah yang kupikirkan saat itu).

IMG_20240908_142732.jpeg

Jalanan ternyata cukup bersahabat. Aku sampai di lokasi sebelum waktu Zuhur tanpa hambatan berarti. Beberapa wajah yang kutangkap dari jauh sudah sangat familiar, beberapa lagi masih sepenuhnya asing. Pun di antara mereka yang wajahnya asing pun ternyata adalah Steemian yang sudah lama kukenal lewat interaksi maya.

Di sanalah obrolan-obrolan dibangun. Mulai dari optimasi postingan hingga diskusi perkara keamanan akun. Belum juga selesai menikmati momen santai, tiba-tiba aku diberi tugas untuk memandu acara. Kuambil alih mikrofon dan mulai menjalankan peran MC. Apakah performa MC-ku maksimal? Well, cukup baik aku membawa acara tanpa pingsan di tengah jalan.

Mendung yang sudah menggantung sejak pagi perlahan berubah jadi gerimis. Gerimis sering betul jadi kambing hitam atas ketidaksiapan segala acara yang dilaksanakan di luar ruangan. Kami melanjutkan diskusi dengan penuh semangat meski basah kuyup setengah jalan.

Sore itu pertemuannya disudahi. Fisikku sudah benar-benar lelah, tapi mentalku masih semangat. Kira-kira begitulah efek dari bertemu orang-orang baru, bertukar ide, dan belajar hal-hal yang belum pernah kuketahui sebelumnya. Perasaanku mengatakan bahwa perjalanan 160 mil ini tidak sia-sia.

Di situlah seni dari sebuah perjalanan. Bukan soal tiba di tujuan, tapi bagaimana kau kembali dengan membawa cerita yang berkesan. Dan kisah ini? Oh, ini jelas merupakan salah satu kisah paling menarik yang pasti akan kuceritakan ke anak-anakku kelak.

P.S: Bung @walictd, 25% dari postingan ini kuhadiahkan untukmu, ya. Selain bentuk pemberitahuan kalau semuua foto-foto yang kugunakan di postingan ini merupakan hasil jepretanmu, ini juga bentuk apresiasiku. Maaf tidak bisa beri lebih banyak dari ini.

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  

MasyaAllah, alhamdulillah makasih banyak mc @firyfaiz yang cantik lagi baik hati. Padahal udah ikhlas kok fotonya itu.

Ikhlas letaknya di hati bang, kalau STEEM adanya di sini:D

Wess, baik kali. Semoga melimpah rejekinya Aamin..

Thank you very much for publishing your post in Steem For Betterlife Community

DescriptionInformation
Verified User✔️
Join Club✔️
#steemexclusive
Plagiarism Free / AI Article Free
✔️
Bot Free✔️
Beneficiarieswalictd 25% ✔️

Appeal to community members:

  • Let's increase Steem Power (SP) to support each other by joining at least #club5050
  • Maintain the authenticity of your content to get greater support
  • Only use original photos or copyright-free images by linking the image source

Verified by @𝘩𝘦𝘳𝘪𝘢𝘥𝘪

Terima kasih

Ya ampun dek ... ternyata dirimu berangkat dari Banda menuju Bayu dengan menempuh perjalanan menggunakan kendaraan bermotor?

Wah itu sangat luar biasa, kalau saya mungkin satu hari penuh baru sampai ke tujuan wanita pemberani, Oia apakah firyfaiz mengendarai sepeda motor seorang diri?

Oia ..... sebenarnya saya ingin tertawa mendengar cerita tentang mikrofon Dan menjalankan peran tidak pingsan di tengah jalan namun saya teringat akan keberanian dari jauh mengendarai sepeda motor akhirnya saya tidak jadi tertawa dan berubah menjadi khawatir.

Oia penampilannya memang sangat sempurna saat membawa acara dan kemarin saya yang gemetaran menerima mikrofon saat memperkenalkan diri untung saja tidak tertelan karena grogi dan tidak mampu berbicara banyak,

Ehehe bener bu… cuma saya males aja kalau terlalu rame… jadi saya bilang aja ke beberapa steemian di lokasi kalau saya berangkat ke acara meet up dari rumah. Bukan hal yang luar biasa (atau terlalu tidak rasional) sih, karena di sepanjang perjalanan ada yang mem-backup saya sebetulnya. Orang yang sama dengan yang menamani saya via _voice call selama di perjalanan dan memastikan bahwa saya baik-baik saja.

Ketakutan itu ada untuk dihadapi. Kalau ketidakberanian terus-menerus menguasai diri, kita tidak akan belajar apapun dan akan terperangkap di zona nyaman. Lagipula perjalanan sendirian kemarin bukan yang pertama kalinya saya jalani so…

Soal mikrofon, saya pada dasarnya bukan seorang yang suka berbicara di depan khalayak ramai bu @suryati1. Kemarin tiba tiba banget disuruh jadi mc, dengan kondisi fisik dan mental yang tidak prima. Jadi ya bergitu deh hasilnya…😂😂

Tulisan mu memang selalu berkesan say. Semoga sehat dan bahagia selalu untuk dirimu ananda @firyfaiz. Bangga dengan kegigihan dan kepintaran mu 👍☺️

Hai bu @safridafatih, terima kasih untuk feedback-nya buat tulisan saya. Sesekali beri masukan juga donk… 😁

Sama-sama say. Ga ada masukan, tulisan sudah sangat bagus ☺️. Semoga sehat selalu untuk dirimu

Aamiin semoga doanya kembali ke cekgu juga, ya.

Aamiin 🤲