Tell Your Story#28 : Sebesar Apapun Ombaknya, Jangan Lupa Bahagia Ya...

in hive-168072 •  last month 

1000202237.png

Sebesar apapun ombaknya, jangan lupa bahagia ya...

Hari sudah cukup siang namun apapun belum masuk jua ke gasterku sedari pagi tadi. Aku rasa setelah menyelesaikan beberapa project Holiday Program, English Fun School di beberapa sekolah di luar kota sekitar dua belas harian yang lalu, tepatnya di Kota Ponorogo dan Jenangan, selera makanku agak sedikit henk minggu ini. InsyaaAllah tidak dengan mantik & atmaku.

Well, setidaknya itu bukanlah sebuah big deal bagiku. Lamun yang lebih krusial bagiku saat ini ialah lambung dan usus dua (lima ?) belas jariku suah cekat-cekit dari beberapa jam yang lalu.

Sialnya rasa mager (malas gerakku) lebih besar daripada keinginanku untuk mengunyah panganan. Walakin tetap saja seberapa besarpun niatku untuk menahannya, symptoms di tubuhku nir dapat kulawan lagi.

Ku kendarai kuda besiku tanpa kupanasi terlebih dahulu mesinnya. Lambungku mulai kumat rock 'n roll. Selang beberapa menit kemudian aku berhenti di sebuah stand makanan yang menjual nasi kuning tak jauh dari rumahku. Aku rasa sudah cukup lama indra pengecapku tidak bersua dengannya (read : nasi kuning).

Ini sedikit gila, tapi aku meminta sang penjual untuk makan langsung di tempat karena lambungku memang sudah tan bisa diajak berkompromi lagi. ”Ma’af Mbak, apakah ada piring ? Jika boleh, saya ingin makan langsung di tempat ?”

Alhamdulillah, keberuntungan masih saja berpihak kepadaku. Mereka punya stok satu piring di dalam food booth makanan mereka. Yeah, sesungguhnya mereka hanya menjual untuk di bungkus atau take away dengan styrofoam.

Mereka mempersilahkan kududuk dengan kursi seadanya. Tapi aku menolak secara halus.

Sekilas info bahwa food booth mereka berada di pinggir jalan raya. Menurut pandang hematku sendiri, itu terlampau dekat merta bising dengan kendaraan yang berlalu lalang nantinya di depanku. Aku sedikit gelabah bahwa nanti makananku akan terasa manis asap & debu. Hingga pada akhirnya aku memutuskan menikmati makananku di seberang jalan.

”Mbak, ma’af. Bolehkah saya izin makan di bawah pepohonan seberang jalan itu. Sepertinya di sana agak terlihat rindang, sepoi dan tidak terlalu dekat dengan jalan raya”, Tunjukku ke depan seberang jalan pas di depan booth mereka. Kurang lebih jaraknya 10 meter-an. ”Tentu Mbak. Monggo, boleh. Silahkan”, Sahut ramah sang penjualan.

___

Singkat cerita aku menyebrangi piring makan siangku ke seberang jalan sana. Kutepikan diriku di bawah pepohonan. Alhamdulillahnya di sana memang ada bangku yang cukup panjang di bawah pohon rindang.

Suapan sendok ketigaku dikejutkan dengan suara seorang jejaka berbaju kaos soft orange dengan kata-kata motivasi di depan bajunya & celana ponggol cream selutut. Duduk dianya di atas kursi reot kurang lebih dua meter di belakangku. ”Sendirian, Mbak ?”, Begitu interogasi pertamanya yang ditanyakannya kepadaku.

Awalnya tidak terlalu kuladeni. Jujur aku tidak terlalu suka berbicara dengan orang asing, apalagi pria. Singkat padatku jawab ”Iya”.

Aku rasa itu jawaban yang cukup terbilang sopan, karena aku rasa aku menyisipkan sedikit senyuman jua seraya menganggukkan kepala sebagai pertanda adab masih kujaga selaku anak manusia.

___

”Mas, 1tuku Mas”, Suara seorang wanita yang hampir separuh baya memanggil sedikit berteriak kepada sang pemuda di belakangku dengan senyumannya.

Sedikit merasa berdosa atas sikapku sepintas lalu. Yeah, mantikku baru sadar ternyata ia hanyalah seorang pedagang cilok siomay yang memang juga sedang berteduh di tempat yang berjarak beberapa meter dariku.

”Ma’af nggeh, Mbak. Saya izin pasang pelapis sofa tua agar bisa 2sampean bisa duduk di sini juga karena ini lumayan agak empuk”, Ujarnya lagi seraya tetiba menentang sarung sofa yang baru dibelinya setelah melayani pembelinya beberapa menit tadi. Aku sedikit kaget lalu segera menganggukkan kepalaku seraya mengucapkan terima kasih.

Berlanjut komentar ianya mendengar aksen atau logatku. Dia menduga kira bahwa aku bukan dari Kota Purabaya ini.


Pendek cerita ternyata sang pemuda berasal dari Kiaracondong, sebuah kecamatan di Kota Paris Van Java a.k.a. Kota Kembang a.k.a. Kota Lautan Api.

Yep, apalagi kalau bukan Bandung, Jawa Barat. Yazz, aku pernah merantau & berjibaku untuk mencari dolar (bermakna ianya ironi hanya bagi anasir yang mengerti) di Kota Kembang tersebut kurang lebih satu setengah tahunan.

Wajahnya penuh sumringah dengan rambut menjuntai sedikit gondrong pas sepundak seraya mengenakan topi namun tidak tertutup rapi. Perawakannya cukup terbilang tinggi dengan wajah sedikit dipenuhi jerawat tapi tetap cukup enak dipandang. Aku rasa itu karena attitude atau perilakunya yang cukup santun, terlihat dari gesture dan body language-nya.

Aku kira aku agak piawai membaca karakter & gerak-gerik seseorang selama merantau, bepergian & raib hilang di kota orang lagi balad seberang.

___

Bercerita ianya bahwa dulunya ia merupakan seorang mantan pekerja di Pabrik Sepatu di salah satu daerah di Sukabumi, Jawa Barat. Dia juga pernah bekerja sebagai staff di Matahari, Sukabumi sebelum pada akhirnya dia merantau ke Kota Madiun dari kota kelahirannya Kiara Condong, Bandung, Jawa Barat.

”Kalau di desa atau daerah saya sana agak susah mah berjualan seperti ini kurang laku, Mbak. Animo masyarakatnya, terutama target pasar saya anak-anak muda kurang antusias atau berminat dengan jajanan jalanan seperti ini. Mereka (para anak muda) lebih senang nongkrong & menghabiskan waktu mereka berlama-lama di kafe daripada memberi jajanan jalanan. Jauh beda dengan masyarakat di sini yang gemar jenis jajanan seperti ini. Karena itulah pasalnya saya beranikan diri merantau kemari”, Ujarnya lagi tersenyum kepadaku seraya memasang sarung sofa dadakan yang baru saja dibelinya di seberang jalan tadi.


1000204998.jpg

Ini bukan tentang Nanas. Ini tentang hari yang sesungguhnya tidak panas

Saat itu pawana cukup menusuk tulang. Cakrawala pula sedang bercanda ria manja dengan mega yang mulai gelita namun hakikatnya hari kala itu cukup panas. Pemuda tersebut masih sibuk memasang sarung sofa seraya sesekali melayani pembelinya sambil berlari kecil ke gerobak dorong cilok siomaynya. Ada payung kecil di atas gerobaknya yang mulai agak bergoyang-goyang diterpa angin. Pada saat aku ingin membeli ciloknya, sayangnya sudah habis terjual. MasyaaAllah. Aku bagikan setengah nanas madu potongku yang kubeli utuh satu buah jua di samping gerobaknya dengan penjual wanita yang ramah juga. Aku sedikit linglung harus mesti bagaimana atau berbuat apa.


Entahlah apa yang ada di benakku sekelibat bersilat kuat melekat kala itu. Jejaka muda dalam perantauan sibuk mengais rezeki tanpa mengenal malam lagi hari. Senyum masih saja menghiasi wajahnya & itu sungguh terlihat ikhlas pula terasa bagi mereka yang punya (kuat) raba merta rasa. Aura memang tak bisa diperdaya jua bagi mereka yang (diberikan) (ke)mampu(an) untuk membacanya. Tak dapat kutampi juga di bola matanya sana ada selaksa juta tiga problema yang nir diungkapkannya dengan kata-kata. Aku rasa kamu lagi aku cukup paham saja apa ada (apa-apa)nya.

Tentu saja terserempak aku merasa tidak sendiri saat ini walaupun tadinya aku meraba rasa berjalan sendiri.

Ada yang tak terlihat namun dapat diambil hikmah kuat meski ianya tersirat. Aku rasa aku, kamu & kita mampu mafhum mengambil ibrah meski kita tak (pernah) kenal dan tak (saling) bercerita.

”Pada zahirnya kawan baru dan lama, orang baru atau lama serta kamu. Iya kamu...! Sebesar apapun ombaknya, jangan lupa bahagia ya...”.


Nb :
1beli
2kamu


Kenal tan kenal, kita nir perlu saling ber(bagi)cerita segalanya. Cukup saling paham saja melalui raba & rasa. Aku rasa itu sudah lebih dari cukup...


I am over the moon to invite my pretty ladies @purpleidy23 @ulfatulrahmah @mehakbhatti @hudamalik20 @dekna1992 @inudi @aminasafdar @dipi2024 @ifatniza @tammanna @safridafatih @dederanggayoni @zhafirah @sriiza @megaaulia @dewirusli join this adorable contest


Special thank you to my gorgeous lady, @ruthjoe who makes this fascinating contest 🥰

Big thank you to Mrs. @patjewell @aviral123 @shiftitamanna @vishwara @ninapenda & @m-fdo for the supports 💖🥰.



Warm regards,
Intropluv

@asiahaiss

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!
Sort Order:  
Estado del club#Club5050
Exclusivo de Steem
Libre de plagio
Sin bots
Votación CSI[14.9]
Damas de Steem
Burnsteem250%
Contenido de IAHumano
Recuento de palabras1,195

Saludos gracias por compartir tu participación con nosotros. Exitos

Congratulations! Your Post has been upvoted through @steemcurator04. We support good post anywhere..

TEAM-1.webp

Curated by : @fombae