Sembilan dari Sepuluh Sumber Pendapatan dari Trading

in hive-193562 •  3 years ago  (edited)

Trading sejatinya tak hanya digunakan dalam perdagangan aset digital dan produk keuangan, tapi seluruh operasi perdagangan barang dan jasa. Tapi memang trading sudah melekat sebagai aktivitas perdagangan di bursa saham, valas, kripto, logam mulia, dan semacamnya. Dan begitu mendengar istilah trading, orang langsung membayangkan risiko. Sebab, di sana “terbayang” unsur spekulatif: beli di harga rendah, lalu menjual di harga di atasnya.

IMG20200829203831_01.jpg

Sebuah cafe di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Kafe yang berada di atas ketinggian bukit ini selalu penuh. Pengunjung bisa melihat lautan lampu di kejauhan. Sudah pasti nilai transaksi perdagangan kafe ini tinggi sekali.

Masalahnya, tak jarang harga turun di bawah harga beli. Itulah risikonya. Tapi, tidak ada satu pun aktivitas di dunia ini tanpa risiko. Begitu pula dalam dunia dagang, termasuk dagang aset digital. Makin besar untung, makin besar pula risiko. Seorang tukang sayur yang menghargai dagangannya di atas harga rata-rata, untungnya akan besar dan sekaligus potensi rugi juga besar karena berkemungkinan sedikit orang yang tertarik membeli. Akhirnya, sayur membusuk.

Begitu pula dalam dagang (trading) aset digital dan pasar uang, entah itu valas, saham, kripto, dan sebagainya. Saya pernah dapat untung sekian dalam beberapa jam, dan sebaliknya saya pun pernah rugi di atas Rp 5 juta dalam beberapa jam pula. Rugi tidak sempat makin membengkak karena buru-buru saya putuskan cut loss. Sebelum serius dagang aset digital, beberapa tahun lalu saya pun pernah jualan Macbook dan untung Rp 500 hingga Rp 1,5 juta untuk satu unit, tapi pernah pula rugi karena kemudian barang dagangan itu rusak tiba-tiba.

Jadi berdagang apa pun ada risikonya. Terpenting bagaimana kita mengelola risiko sehingga kita tidak jatuh “bruk”. Kalau pun jatuh, kita masih bisa bangun. Satu hal yang mesti kita pahami: berdagang memiliki lebih besar potensi pendapatan. Kata Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadist, “sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam perdagangan.“. Nabi pun seorang pedagang yang dilakoninya sejak belia. Jadi dalam konteks agama, berdagang itu mengikuti sunah Nabi.

Belakangan, berdagang aset digital ternyata lebih menarik ketimbang berdagang laptop Apple. Dulu, saya berkeliling untuk mendapatkan Macbook dengan harga miring agar bisa dijual lagi dan mendapat untung lumayan. Nah, sejak saya fokus berdagang aset digital, saya hanya perlu duduk di depan laptop atau ngopi sambil memantau harga lewat telepon genggam. Tidak perlu memburu Macbook hingga ke berbagai pelosok Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, hingga Bekasi. Satu lagi: ternyata untungnya jauh lebih besar!

IMG20200818175649.jpg

Saya tetap bekerja seperti biasa, kadang di ruang tengah dan kadang di teras balkon rumah di kawasan Depok.

Berdagang itu pun saya lakoni sambil bekerja seperti biasa, tanpa sedikit pun terganggu. Apalagi sedang WFH begini, kadang saya bekerja di rumah di Depok, dan kadang saya bekerja di “rumah persinggahan” di kawasan Puncak, Cipanas, Cianjur, Jawa Barat. Senin sampai Kamis saya sering di Depok, lalu Kamis malam sampai Minggu malam biasanya di Cianjur. Kalau masih "trading" Macbook, mana bisa sefleksibel itu. Sebab, harus banyak muter memburu macbook dengan harga rendah.

Sambil bekerja dan berdagang, saya pun masih sempat nulis-nulis tipis di blog, entah di blog saya ruangmi.my.id, Steemit, maupun di Hive, dan sesekali memposting sesuatu di Instagram. Tentu saja hasil dari ngeblog itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan hasil dari berdagang. Jadi buat saya ngeblog dan bermain medsos itu lebih untuk senang-senang saja, karena dasarnya memang senang menulis.

IMG20210313183056.jpg

Memandang senja dari balkon rumah di Cipanas, Cianjur.

Kita tidak bisa berharap hasil dari ngeblog itu untuk membiayai hidup, termasuk di platform yang memberi reward uang kripto. Misalnya Anda ngeblog di Steemit. Katakanlah Anda bisa mendapatkan reward 20 Steem sehari atau 1 SBD, maka pendapatan Anda Rp100 ribu sehari. Pendapatan Anda akan belipat-lipat jika berdagang Steem atau SBD. Misal, Anda punya modal Rp 6 juta, membeli Steem di harga Rp 6.000 dan dapat 1.000 Steem. Lalu Anda tunggu beberapa jam dan menjual 1.000 Steem itu di harga Rp 6.300. Untungnya Rp 300 ribu (1000 Steem x Rp 300). Jika sehari Anda bisa dagang dua kali (dua putaran), maka keuntungan Anda Rp 600 ribu.

Begitu pula jika Anda ngeblog di Hive. Misal Anda bisa dapat 20 Hive sehari dari ngeblog, jika dikalikan Rp 5.000 per Hive, maka pendapatan Anda sehari adalah Rp 100.000. Namun jika Anda berdagang, dengan modal Rp 5 juta misalnya, Anda membeli 1.000 Hive di angka Rp 5.000, lalu menjualnya di angka Rp 5.300, maka keuntungan Anda adalah Rp 300 ribu dalam satu kali putaran (sekali beli). Jika sehari Anda bisa beli dua kali (dua putaran) maka keuntungan Anda Rp 600 ribu (Rp 300.000 x2 putaran). Kira-kira Rp 400-500 ribu dapatlah sehari.

Bayangkan kalau modal Anda besar, misalnya Rp 50 juta. Tentu makin besar pula potensi keuntungan Anda. Berdagang aset digital tentu tidak harus Steem, Hive, Bitcoin, karena begitu banyak aset lainya, termasuk saham dan valuta asing. Contoh di atas hanya ilustrasi betapa ngeblog itu lebih sebagai hiburan, dan berdaganglah jika ingin mendapatkan lebih banyak pendapatan. Berdagang pun bisa dilakukan sambil tetap mengerjakan pekerjaan rutin, sebagai sumber pendapatan utama, seperti saya lakukan.

IMG20210116182529.jpg

Salah satu keisengan ketika jenuh bekerja dan menghadapi laptop

Masih menulis puisi, cerpen, dan esai? Masih. Tapi tidak seintensif dulu. Pada era 1990-an, tiap pekan ada saja tulisan saya, terutama esai, muncul di koran Aceh, Medan, maupun Jakarta. Kala itu memang belum disibuki aneka urusan rutin, sehingga bisa banyak membaca dan idenya melimpah. Mengapa membaca menjadi penting, sebab panglima seorang penulis adalah membaca. Apa yang mau ditulis kalau tidak ada bahan, referensi, dan teori sebagai landasan pijak dalam menganalisis atau merespon sesuatu. Jadi karena waktu membaca berkurang, lecutan menulis pun turun. Waktu lebih banyak dipakai untuk “menulis” nasib agar tidak kelaparan.

Masih dalam konteks berdagang, sebetulnya saya ingin membuat warung kopi yang dipadukan dengan taman bacaan. Tempatnya mungkin di pelosok kampung, agar buku-buku yang saya punya – jumlahnya ribuan judul – bisa dimanfaatkan oleh anak-anak sekitar. Tapi belum ketemu tempatnya plus kondisi Covid begini membuat saya terpaksa menunda. Semoga Covid segera reda sehingga saya bisa mewujudkan rencana itu. Rencana itu lagi-lagi bertolak dari hadist di atas: sembilan dari sepuluh sumber pendapatan itu dari perdagangan.

Ini sekaligus mempraktekkan (filosofi) kepedulian sosial: berdagang jangan hanya mencari keuntungan semata, melainkan juga bisa bermanfaat bagi sesama.

Depok, 17 Maret 2021
MUSTAFA ISMAIL

#trading #digitalassets #steemit #creativecoin #steemsea #fiksi #steemitbudaya #steemzzang #zzanra #puncak #bogor #jawabarat #cianjur #asetdigital #bitcoin #coin

Authors get paid when people like you upvote their post.
If you enjoyed what you read here, create your account today and start earning FREE STEEM!