13 tahun sudah berlalu, dari 26 Desember 2004 dan hari ini 26 Desember 2017. Seakan-akan masih terngiang di telinga pekikan takbir menggema di seluruh penjuru bumi Aceh. Semua orang panik, heran, bingung, takut dan berusaha menyelamatkan diri dari kejaran air bah yang pekat dengan tinggi hampir mencapai 30 meter. 13 tahun sudah kejadian gempa bumi dengan magnitud 9.0 yang menggetarkan bumi Aceh, dan hanya berselang 15 menit setelah hentakan kuat tersebut, sebagaian besar daratan Aceh umumnya dan Kota Banda khususnya tersapu oleh gelombang yang maha dahsyat itu.
Tidak banyak yang mengetahui apalagi memahami bahwa air bah yang datang setelah gempa besar itu adalah tsunami. Maklum saja, kejadian gempa besar itu sangat jaranb terjadi apalagi disusul dengan gelombang besar. Hal ini diperparah lagi dengan kondisi politik dan keamanan di Aceh kala itu belum kondusif yang membuat semua orang lebih peduli pada kondisi politik dari pada pemahaman bencana khususnya tsunami.
Sedikitnya pemahaman dan ketidaksiapan kita menghadapi bencana ini berdampak pada kepanikan yang bukan saja di level masyarakat biasa tetapi juga di level pemerintahan. Masa itu banyak masyarakat Aceh yang belum memiliki pengalaman merasakan goncangan gempa sebesar itu. Sehingga sudah barang tentu tidak ada upaya untuk menyelamatkan diri dari ancaman tsunami yang datangnya begitu cepat setelan gempa. Kecuali masyarakat di pulau Siemeulu yang sudah sering merasakan gempa bumi. Ditambahlagi kearifan lokal mereka yang turun temurun untuk lari kedataran tinggi jika ada gempa. Mereka menyebutnya dengan istilah "smong".
Momentum kejadian gempa bumi dan tsunami Aceh menjadi penting dalam proses riset, edukasi dan mitigasi bencana. Bukan saja di Indonesia, akan tetapi juga di dunia. Tahun-tahun awal setelah tsunami Aceh, berbagai macam lembaga penelitian dan edukasi mitigasi bencana muncul, baik dari pihak universitas maupun lembaga swadaya masyarakat. Mereka melakukan penelitian bukan hanya dalam bidang ilmu kebumian akan tetapi juga dalam bidang sosial dan pendidikan.
Kesemuannya itu berperan untuk memberikan informasi kebencanaan dengan sebaik-baiknya kepada setiap lapisan masyarakat, baik orang tua, dewasa, kaum ibu, anak-anak bahkan orang-orang yang berkebutuhan khusus. Banyak dampak positif yang terlihat dalam proses edukasi bencana. Banyak masyarakat umum yang sudah memiliki pengetahuan akan fenomena tsunami atau paling tidak mereka paham tsunami itu apa. Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, satu persatu lembaga-lembaga tersebut redup, bahkan sampai padam tanpa bekas sikitpun.
Akankah momentum penting ini begitu cepat terlupakn? Secara ingatan, momentum tsunami Aceh tahun 2004 tentu belum hilang terutama bagi kami yang pernah merasakan seperti apa dahsyatnya cobaan itu.
Semoga ingatan akan kejadian tersebut juga diiringi pola hidup dan tingkah laku mitigasi bencana. Keberadaan museum tsunami yang megah, situs tsunami dan kuburan massal tidak menjadi saksi bisu. Keberadaan benda-benda tsunami 2004 harus menjadi pembelajaran penting bagi kita untuk membudayakan semangat mitigasi dan upaya pengurangan resiko bencana di kemudian hari.
Alfatihah untuk seluruh korban tsunami, semoga mereka mendapat tempat yang layak disisi Yang menciptakan segalanya.
Walau pun ada beberapa huruf yg tertinggal namun tulisan ini sangat apik dan bagus. Menambah wawasan kita tentang tsunami. Nice posting.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Terimakasih atas masukannya.. huruf yang tertinggal akan kita edit, tulisan tidak sempat saya baca setelah lagi maklum sedang dalam kegiatan.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Momentum kejadian gempa bumi dan tsunami Aceh menjadi penting dalam proses riset, edukasi dan mitigasi bencana. Bukan saja di Indonesia, akan tetapi juga di dunia.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit
Sebenarnya riset berkenaan tsunami ini sangat penting untuk mengurangi korban jika musibah ini kembali terjadi, semoga tidak.
Downvoting a post can decrease pending rewards and make it less visible. Common reasons:
Submit